Rasulullah berkata, “Barang siapa yang meminta kenaikan
derajat di setiap solat dan juga meminta syafa’at di setiap akhir di saat
mendengarkan adzan, maka dia akan mendapatinya.”
Perkumpulan yang di dalamnya menyebutkan sifat-sifat Nabi
yang indah, dahulu dilakukan oleh para sahabat dan Nabi Muhammad SAW. Dan
ungkapan kegembiraan ini bagian dari syukur nikmat.
Kisah lainnya disebutkan Nabi keluar dari dalam kamar,
beliau mendengar suara-suara para sahabat yang sedang berbincang-bincang. Nabi
bertanya apa yang diperbincangkan oleh para sahabat. Para sahabat menjawab
mereka sedang membahas anugerah yang diberikan Allah untuk para nabi,
diantaranya: Allah jadikan Nabi Musa sebagai Kalimullah, dijadikannya Nabi
Ibrahim sebagai khalilullah, dsb.Rasulullah berkata, “Adapun karunia Allah
untukku adalah aku pemimpin anak Adam, dan kelak benderaku menaungi anak Adam
dan keturunannya.”
Dikutip hadits dari kitab Ihya Ulumudin yang diriwayatkan
oleh Sayidatuna Aisyah Radiallahuanhabahwasanya : “Dahulu para sahabat
berlomba-lomba untuk membawakan syair-syair pujian mereka di hadapan Nabi
Muhammad SAW, dan beliapun duduk tersenyum di hadapan mereka.” Perkumpulan
syair pujian dilakukan oleh para sahabat dan tidak diingkari oleh Rasulullah
SAW, yang mana syair tersebut adalah bentuk ungkapan kegembiraan atas anugerah
yang Allah berikan kepada mereka berupa kehadiran Rasulullah SAW.
Dahulu banyak penyair-penyair yang membawakan syair pujian
untuk Rasulullah SAW sebagaimana mereka membawakan syair-syair untuk melawan
orang-orang kafir. Mereka dibanggakan oleh Rasulullah. Diantara adalah Sayidina
Hasan bin Tsabit, Sayidina Abdullah bin Rowahah.
Al-Imam Kustulani dalam kitab Mawahid beliau menyebutkan
satu fase tertentu tentang penyair-penyair Rasulullah SAW, diantaranya : Ka’ab
bin Malik, Hasan bin Tsabit, dan Abdullah bin Rowahah.
Hasan bin Tsabit dikenal oleh para sahabat sebagai orang
yang tidak pandai mengangkat pedang, namun Rasulullah mengatakan bahwa
syair-syair Hasan bin Tsabit adalah lebih tajam di hati-hati orang-orang kafir
daripada tajamnya pedang. Pernah satu kali Hasan bin Tsabit membawakan syairnya
krpada orang kafir, ada beberapa sahabat yang menentang. Mereka berkata “Ya
Hasan apakah kau membawakan syair dihadapan Rasulullah?”, maka Rasulullah
berkata “ Biarkan!! Bahwasanya syairnya lebih tajam daripada pedang. Ya Allah
bantu dia dengan ruh kudus (Malaikat Jibril Alaihisalam).” Doa hadist ini
ditujukan untuk Sayidina Hasan bin Tsabit sebagaimana yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari dan Muslim.
Di dalam hadits lainnya diriwayatkan dalam Shahih Muslim
oleh Sayiidatuna Aisyah Radiullahuanha: “Wahai Hasan sesungguhnya ruh kudus
selalu membelamu, mendukungmu dan memberikan bisikan-bisikan yang baik untukmu
selama kau membawakan syair untuk membela Allah dan Rasulnya.”
Selain Hasan bin Tsabit ada pula Amir bin Alkwa Anjasyah
(penyair yang bersuara merdu). Terdahulu selama perjalanan panjang biasa
dilakukan penyeruan atas syair-syair sebagai hiburan, orang-orang bersuara
merdu yang melantunkan syair-syair tersebut disebut dengan Hadi, di samping itu
hal tersebut dilakukan karena hati-hati unta adalah hati yang sensitif
(lembut). Sehingga unta-unta akan semakin bersemangat setiap kali mereka
mendengar lantunan syair para Hadi. Hal tersebut meriwayatkan bahwa Rasulullah
memiliki Hadi untuk perjalanannya, salah satunya adalah Anjasyah yang
membawakan suara yang merdu. Bahkan Rasulullah sampai mengingatkan Anjasyah
agar melantunkan syair dengan perlahan, agar unta-unta tidak terlalu cepat
karena semangat sehingga istri-istri Nabi yang terdapat di punggung unta-unta
berkendara dengan nyaman dan aman.
Dapat diambil kesimpulan bahwa perkumpulan untuk membawakan
syair-syair indah untuk Rasulullah dahulu juga dilakukan oleh para sahabat
Rasulullah SAW.
Dikutip dari tausyiah Habib Ahmad bin Nouvel Jindan saat
Dauroh dengan tema “Maulid Antara Bid’ah atau Sunnah”
Post A Comment: