Halaman

Cari

Bentuk Kegembiraan Atas Anugrah Terbesar Allah SWT (bag. 2)

Share it:

Rasulullah berkata, “Barang siapa yang meminta kenaikan derajat di setiap solat dan juga meminta syafa’at di setiap akhir di saat mendengarkan adzan, maka dia akan mendapatinya.”

Perkumpulan yang di dalamnya menyebutkan sifat-sifat Nabi yang indah, dahulu dilakukan oleh para sahabat dan Nabi Muhammad SAW. Dan ungkapan kegembiraan ini bagian dari syukur nikmat.

Kisah lainnya disebutkan Nabi keluar dari dalam kamar, beliau mendengar suara-suara para sahabat yang sedang berbincang-bincang. Nabi bertanya apa yang diperbincangkan oleh para sahabat. Para sahabat menjawab mereka sedang membahas anugerah yang diberikan Allah untuk para nabi, diantaranya: Allah jadikan Nabi Musa sebagai Kalimullah, dijadikannya Nabi Ibrahim sebagai khalilullah, dsb.Rasulullah berkata, “Adapun karunia Allah untukku adalah aku pemimpin anak Adam, dan kelak benderaku menaungi anak Adam dan keturunannya.”


Dikutip hadits dari kitab Ihya Ulumudin yang diriwayatkan oleh Sayidatuna Aisyah Radiallahuanhabahwasanya : “Dahulu para sahabat berlomba-lomba untuk membawakan syair-syair pujian mereka di hadapan Nabi Muhammad SAW, dan beliapun duduk tersenyum di hadapan mereka.” Perkumpulan syair pujian dilakukan oleh para sahabat dan tidak diingkari oleh Rasulullah SAW, yang mana syair tersebut adalah bentuk ungkapan kegembiraan atas anugerah yang Allah berikan kepada mereka berupa kehadiran Rasulullah SAW.

Dahulu banyak penyair-penyair yang membawakan syair pujian untuk Rasulullah SAW sebagaimana mereka membawakan syair-syair untuk melawan orang-orang kafir. Mereka dibanggakan oleh Rasulullah. Diantara adalah Sayidina Hasan bin Tsabit, Sayidina Abdullah bin Rowahah.

Al-Imam Kustulani dalam kitab Mawahid beliau menyebutkan satu fase tertentu tentang penyair-penyair Rasulullah SAW, diantaranya : Ka’ab bin Malik, Hasan bin Tsabit, dan Abdullah bin Rowahah.

Hasan bin Tsabit dikenal oleh para sahabat sebagai orang yang tidak pandai mengangkat pedang, namun Rasulullah mengatakan bahwa syair-syair Hasan bin Tsabit adalah lebih tajam di hati-hati orang-orang kafir daripada tajamnya pedang. Pernah satu kali Hasan bin Tsabit membawakan syairnya krpada orang kafir, ada beberapa sahabat yang menentang. Mereka berkata “Ya Hasan apakah kau membawakan syair dihadapan Rasulullah?”, maka Rasulullah berkata “ Biarkan!! Bahwasanya syairnya lebih tajam daripada pedang. Ya Allah bantu dia dengan ruh kudus (Malaikat Jibril Alaihisalam).” Doa hadist ini ditujukan untuk Sayidina Hasan bin Tsabit sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim.

Di dalam hadits lainnya diriwayatkan dalam Shahih Muslim oleh Sayiidatuna Aisyah Radiullahuanha: “Wahai Hasan sesungguhnya ruh kudus selalu membelamu, mendukungmu dan memberikan bisikan-bisikan yang baik untukmu selama kau membawakan syair untuk membela Allah dan Rasulnya.”

Selain Hasan bin Tsabit ada pula Amir bin Alkwa Anjasyah (penyair yang bersuara merdu). Terdahulu selama perjalanan panjang biasa dilakukan penyeruan atas syair-syair sebagai hiburan, orang-orang bersuara merdu yang melantunkan syair-syair tersebut disebut dengan Hadi, di samping itu hal tersebut dilakukan karena hati-hati unta adalah hati yang sensitif (lembut). Sehingga unta-unta akan semakin bersemangat setiap kali mereka mendengar lantunan syair para Hadi. Hal tersebut meriwayatkan bahwa Rasulullah memiliki Hadi untuk perjalanannya, salah satunya adalah Anjasyah yang membawakan suara yang merdu. Bahkan Rasulullah sampai mengingatkan Anjasyah agar melantunkan syair dengan perlahan, agar unta-unta tidak terlalu cepat karena semangat sehingga istri-istri Nabi yang terdapat di punggung unta-unta berkendara dengan nyaman dan aman.

Dapat diambil kesimpulan bahwa perkumpulan untuk membawakan syair-syair indah untuk Rasulullah dahulu juga dilakukan oleh para sahabat Rasulullah SAW.


Dikutip dari tausyiah Habib Ahmad bin Nouvel Jindan saat Dauroh dengan tema “Maulid Antara Bid’ah atau Sunnah”
Share it:

Artikel

Aswaja

siroh-nabawiyah

Post A Comment: