Jawaban Sang Guru Mulia Al-Habib Umar bin Hafidz Dalam Menyikapi Kelompok Salafi atau Wahabi
Apa yang mesti kita lakukan sebagai ahlussunnah dalam menghadapi kelompok sempalan Wahabi Salafi? Mari simak penjelasan singkatnya yang dipaparkan oleh Guru Mulia Al-Habib Umar bin Hafidz Yaman.
Pertanyaan:
Bagaimana semestinya kita menyikapi kelompok Salafi atau Wahabi? Apakah tidak perlu berdebat dengan mereka sementara mereka salah dalam masalah furu’ dan ushul? Seperti seringkali mereka mengatakan: ini bid’ah, sesat, ahli neraka. Bagaimana bisa kita membiarkan mereka sementara banyak orang mulai tertarik? Bagaimana semestinya kita menyikapi mereka?
Jawaban Sang Guru Mulia Al-Habib Umar bin Hafidz:
Tema yang dibicarakan tadi juga sedikit memberikan jawaban dari pertanyaanmu ini. Adapun penjelasan konkritnya adalah bahwa mereka semua sama seperti yang lainnya dari aliran-aliran yang sudah kita singgung tadi yang merupakan aliran-aliran sesat dan keluar dari jalan yang benar.
Tugas kita terhadap mereka adalah memberikan penjelasan yang baik, memperjelas dan mengukuhkan argumen dan dalil bagi umat serta mensosialisasikannya kepada masyarakat di pesantren-pesantren kita, sekolah-sekolah, masjid-masjid, begitu juga pada saat pelajaran dan ceramah yang bersifat umum tanpa perlu menyebut nama-nama mereka atau pengikut mereka maupun organisasi dan massa mereka. Karena mereka tidak pantas untuk menguras energi kita hingga harus disebut-sebut di mimbar-mimbar atau pun di masjid-masjid kita. Kesibukan kita merespon hal itu, merupakan hal yang diinginkan oleh para musuh Allah yang mereka mulai semenjak mereka ciptakan isu tersebut untuk mengganggu konsentrasi kita. Karena mereka datang tidak sendirian, di belakang mereka itu ada lembaga-lembaga pendidikan yang didukung dana dan berbagai program yang terencana yang bersumber dari musuh besar umat Islam.
Mereka muncul karena umat Islam di Asia Tenggara mayoritas adalah dari kalangan Syafi’iyyah dan Asy’ariyyah. Jika mereka konsisten menjalankan ajarannya maka akan tegak kokoh ajaran Islam tanpa ada masalah. Tentunya hal ini adalah tidak mereka sukai, lalu mereka menyusupkan kaki tangan mereka dari kalangan umat Islam yang mensyirikan umat Islam, membid’ahkan dan menganggap mereka sesat, mengangkat dan merendahkan mereka.
Kita bertugas menunaikan kewajiban kita dengan memberikan penjelasan dan memaparkan dalil-dalil bagi diri kita, keluarga kita, kalangan pesantren dan masjid kita serta siapa pun yang mau mendengarkan tanpa perlu menyebut nama-nama mereka dan massanya dan tidak perlu membuka peluang perdebatan yang tidak produktif. Kalaupun kita harus berdebat, maka kita akan mendebat mereka dengan cara yang terbaik, tidak perlu sampai panik hingga terjadi keributan sampai beradu fisik.
Cukup dengan memberikan penjelasan yang santun. Tentunya hal ini (kesantunan) tidak kita temukan pada mereka. Mereka tidak akan pernah berdialog dan berdebat denganmu dengan santun, karena mereka terbiasa terdidik untuk tidak bersopan santun. Oleh karena itu, jika ada orang yang tidak pandai berdebat dengan baik maka jangan engkau layani. Sampai ada yang mengerti debat dengan cara yang baik, baru kita layani dengan yang lebih baik lagi. Kalau tidak, maka kita hindari saja.
Namun, jika ada diantara mereka yang berbicara di satu forum dan kita ada di sana maka kita wajib meresponnya dengan memberikan penjelasan kepada para pendengar. Selagi di majelis memang ada yang mendengarkannya dan mengambil manfaat maka kita harus menjelaskan kepadanya permasalahan yang sebenarnya. Kita tentunya menjelaskannya dengan adab yang santun dan mereka dengan ketidaksantunan mereka. Biarkan mereka berbicara dengan tidak santun tapi kita harus tetap berbicara dengan santun.
Nabi Isa bin Maryam saat merespon orang bodoh yang mencacinya, beliau mendo’akan kebaikan untuknya. Si bodoh mencaci lagi, beliau membalasnya dengan do’a kebaikan. Lalu dicaci lagi untuk ketiga kalinya, tetap saja beliau mendo’akannya. Kemudian berkata salah seorang pengikutnya: “Wahai Ruhullah, Wahai Nabi Isa, orang ini tidak memujimu atau memberi kebaikan untukmu. Ia mencacimu lalu engkau mendo’akannya?“
“Setiap orang memberi apa yang dia miliki“, jawab beliau. “Setiap orang memberi apa yang dia miliki. Dia hanya memiliki itu (cacian) dan saya memiliki ini (do’a)“.
Ahlussunnah memiliki adab sopan santun sementara mereka adalah orang-orang yang tidak mengenal adab sopan santun. Pada akhirnya nanti Allah akan munculkan pula orang-orang bodoh yang akan menandingi mereka. Level para ulama tinggi dan tidak layak berhadapan dengan mereka. Sementara mereka yang tidak santun nantinya akan dijegal pula dengan orang-orang yang sama tidak santunnya yang akan menghadapi dan memberikan pelajaran kepada mereka.
Berkata al-Imam Ja’far Shodiq: ‘Tersesat, orang yang tidak mempunyai seorang guru yang membimbingnya dan terhina orang yang tidak memiliki orang lancang yang membelanya. Kalau ada orang bodoh datang mendebat, biarkan dihadapi pula oleh orang yang lancang dari kelompok yang benar. Orang-orang bodoh dan kelompok sesat tidak pantas dihadapi oleh ulama dan cendekiawand dari kelompok yang benar. Orang bodoh dari aliran sesat biar dihadapi oleh pendukung ajaran yang benar yang sama lancangnya.
Mereka menyadari Allah akan melindungi kita dari keburukan dan marabahaya yang mereka rencanakan. Kita harus tetap konsisten memberikan penjelasan dan memantapkan dalil dan membina dengan baik putra putri kita tanpa perlu membuka peluang untuk debat kusir hingga akhirnya kita terjebak dengan kesibukan yang diciptakan oleh musuh-musuh kita. Kita tunaikan kewajiban kita dalam urusan ini dan menjelaskan jalan yang benar.
Jika ada satu isu diangkat di depan kita, maka kita respon dengan cara yang terbaik. Jangan sampai kita lupa akan tugas kita yaitu membina hubungan masyarakat yang harmonis dengan Allah. Jangan sampai kesibukan ini membuat sholat kita tidak khusyu’, mengabaikan perbuatan berbakti kepada keuda orang tua atau pun kurang silaturahim. Tidak! Ini tidak boleh terjadi, jangan biarkan hal ini menyita perhatian masyarakat hingga melupakan tugas ulama yang Allah bebankan kepada mereka
Post A Comment: