Halaman

Cari

Bentuk Kegembiraan Atas Anugrah Terbesar Allah SWT (bag.3)

Share it:

Disampaikan oleh Sayidina Hasan bin Tsabit dalam syairnya, “Ya Rasulullah, mataku ini belum pernah melihat manusia yang lebih tampan selain wajahmu. Dan tidak ada yang lebih bagus dan lebih sempurna seperti dirimu, tidak ada lagi wanita-wanita yang dapat melahirkan anak seperti dirimu ya Rasulullah. Engkau diciptakan oleh Allah tanpa cacat. Seakan-akan engkau diciptakan sesuai dengan keinginan.”

Syair lainnya dilantunkan oleh Ka’ab bin Zuhair yang dikenal dengan Banat Su’ad sebelumnya adalah seorang penjahat besar, bahkan setelah ia masuk Islam Rasulullah masih merasa sakit hati atasnya. Kaum Muhajirin yang mengetahui akan rasa sakit hati Rasulullah tidak berkenan untuk membukakan pintu bagi Ka’ab bin Zuhair. Kemudian Sayidina Ka’ab mendatangi kaum Anshor untuk meminta saran, kaum Anshor menganjurkan Sayidina Ka’ab untuk datang saat Rasulullah mengerjakan solat subuh berjama’ah dan mengambil posisi solat tepat di belakang Rasulullah dengan “bermuhlatsam” (kebiasaan orang Arab terdahulu datang dengan kondisi wajah yang tertutup dan hanya terlihat matanya saja), dan ketika selesai solat mereka menganjurkan Ka’ab untuk memeluk Nabi dan membawakan pujian atasnya.


Saran dari kaum Anshor dilakukan oleh Ka’ab bin Zuhair. Kemudian dia menghampiri Rasulullah masih dengan bermuhlatsam ia bertanya, “Ya Rasulullah, jika Ka’ab bin Zuhair datang ke hadapanmu, dia bertobatdan meminta maaf kepadamu dan masuk Islam. Apakah kau akan memaafkan dirinya?” Nabi yang semula menduga bahwa Ka’ab yang bermuhlatsam sebagai orang badui kaget mendengar pertanyaan tersebut dan kemudian menjawab, “Jika dia datang bertobat dan memohon ampun kepada Allah, maka aku akan memaafkannya dan memintakan ampunan baginya kepada Allah.” Mendengar jawaban dari Rasullah seraya Ka’ab membuka tutupan wajahnya dan mengaku bahwa dirinya adalah Ka’ab bin Zuhair, dan ia langsung memeluk, menciumi, dan membawakan syair-syair pujian atas Rasulullah SAW dan juga kaum Anshor. Rasulullah pun tersenyum mendengar syair pujian dari Ka’ab, kemudian Nabi melepaskan burdah miliknya dan memberikannya untuk Ka’ab bin Zuhair.

Syekhuna As Said Ahmad bin Alwi Al-Maliki berkata mengenai *burdah. Dan menyatakan bahwa yang pantas untuk syair Busiri bukanlah burdah melainkan bur’ah (kesembuhan dari penyakit). Karena meskipun yang didapatinya di dalam mimpi adalah burdah (sorban) tapi di kehidupan nyata ia mendapatkan kesembuhan atas sakit yang dideritanya (bur’ah).

*)burdah adalah syair yang dibuat oleh Imam Al-Busiri.

Burdah dikisahkan pembuatan burdah tersebut dilatarbelakangi oleh kondisi kesehatan sang imam yang mengalami stroke yang mana tidak sembuh meski sudah berobat. Kemudian ia menulis syair untuk Rasulullah, itulah yang kemudian dikenal dengan burdah. Sang Imam Al-Busiri bermimpi Rasulullah yang memintanya untuk menyampaikan syair buatannya. Bahkan di bait yang tidak sanggup diungkapkan olehnya maka diteruskan oleh Rasulullah, yang mana berbunyi “fama blaghul ilmi fihi annahu basyaru ruannahu khoiru kholqillahi kulli himii.” Dan Rasulullah menyampaikan kabar gembira bahwa karena syair yang telah dibuatnya tersebut, maka penyakitnya akan sembuh. Terbangun dari mimpinya Imam Al-Busiri mendapatkan dirinya sudah sembuh dari sakit yang dideritanya.Ia juga mendapatkan burdah dari Rasulullah, maka itu ia menamakan syairnya dengan burdah. Dan sejak saat itu pembacaan burdah dilakukan dimana-mana.

Yang menarik diriwayatkan oleh Imam Mutabrani fil Mu’ajab, bahwasanya Sayidina Abbas bin Abdul Mutholib bergembira atas anugerah Allah yang berupa kelahiran Rasulullah, sehingga dia mengungkapkannya dengan syair pujian untuk Rasulullah SAW. Dan ia berkata kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah izinkan saya untuk memuji engkau dengansyair pujian.” Rasulullah menjawab “Ucapkan pujianmu, semoga Allah tidak merontokkan gigimu ya Abbas.” Diceritakan bahwa ketika Sayidina Abbas meninggal dunia (saat itu usianya sekitar 80 atau 88 tahun) tidak ada satupun dari giginya yang tanggal. Hal itu berkat doa dari Rasulullah SAW.

Dikutip dari tausyiah Habib Ahmad bin Nouvel Jindan saat Dauroh dengan tema “Maulid Antara Bid’ah atau Sunnah”

http://daarussalafie.org/
Share it:

Artikel

Aswaja

siroh-nabawiyah

Post A Comment: