Sahabat Ibnu Abbas ra berkata :
أن النبي صلى الله عليه و سلم نهى عن صيام رجب
“Sesungguhnya Rasulullah saw melarang untuk berpuasa di Bulan Rajab” (HR Ibnu Majah)
Dalam hadits lain diceritakan, ketika SayyidinaUmar ra menjumpai kaum
yang berpuasa di Bulan Rajab, Beliau memukuli tangan mereka seraya
berkata :
رجب وما إنما رجب شهر كان يعظمه أهل الجاهلية فلما جاء الاسلام ترك
“Tidaklah Rajab itu melainkan sebuah bulan yang dahulu diagungkan oleh
ahli jahiliyah maka ketika datang islam ia ditinggalkan” (HR At
Thabrani)
> SYUBHAT <
Dua hadits di atas, dan
hadits-hadits lain yang serupa menunjukkan larangan yang tegas untuk
berpuasa di BulanRajab. Seluruh ulama hadits seperti Imam Ibnu Hajar
Atsqolani, Imam Nawawi, Ibnu Sholah dan Ibnu Taimiyyah sepakat bahwa
hadits-hadits yang datang mengenai keutamaan puasa Bulan Rajabseluruhnya
dhaif sehingga tidak dapat dijadikan hujjah. Dalam fatwanya Syaikh Ibnu
Taimiyyah berkata :
وَأَمَّا صَوْمُ رَجَبٍ بِخُصُوصِهِ،
فَأَحَادِيثُهُ كُلُّهَا ضَعِيفَةٌ، بَلْ مَوْضُوعَةٌ، لَا يَعْتَمِدُ
أَهْلُ الْعِلْمِ عَلَى شَيْءٍ مِنْهَا، وَلَيْسَتْ مِنْ الضَّعِيفِ
الَّذِي يُرْوَى فِي الْفَضَائِلِ، بَلْ عَامَّتُهَا مِنْ الْمَوْضُوعَاتِ
الْمَكْذُوبَاتِ،
“Sedangkan mengenai puasa Bulan Rajabsecara khusus,
maka keseluruhan hadits-hadits mengenainya adalah dhaif bahkan maudhu
(palsu).Ahli Ilmu sama sekali tidak berpegang dengan sesuatupun darinya
dan bukan termasuk hadits dhaif yang diriwayatkan untuk dijadikan
fadhail bahkan umumnya termasuk hadits-hadita palsu lagi dusta....”(1)
Maka hendaknya kita tidak tertipu dengan banyaknya hadits-hadits palsu
mengenai keutamaan berpuasa di Bulan Rajab, jangan sampai kita melakukan
sesuatu yang kita anggap ibadahpadahal sebenarnya ia adalah bid`ah.
Ingatlah segala bentuk bid`ahadalah sesat !
--------------------------------------------------------------
Kami menjawab :
Sebenarnya pembahasan mengenai puasa Bulan Rajabtelah tuntas dibahas
para ulama, dan hasil pembahasan mereka telah dicatatdengan rapi dalam
literatur-literatur Fiqh Islam. Secara umum jumhur ulamamenyepakati
kesunnahan puasa di bulan Rajab seperti halnya puasa di bulan-bulan
haram lainnya (Dzul Qo`dah, Dzul hijjah, Muharram), mereka hanya
berselisih apakah makruh (bukan haram) untuk mempuasai Rajabsecara
khusus sebulan penuh atau tidak ?. Menurut yang masyhur dari seluruh
madzhab selain madzhab Hanbali, disunnahkan berpuasa di bulan-bulan
haram secara penuh termasuk didalamnya adalah Rajab, sedangkan yang
masyhur dari Madzhab Hanbali hukumnya makruh (bukan haram) mempuasai
Rajab sebulan penuh, tetapi Kemakruhan ini bisa hilang dengan berbuka
(satu hari atau beberapa hari), atau dengan berpuasa pada bulan yang
lain dalam tahun yang sama..(2)
Maka munculnya sebuah kelompok yang
mengatas-namakan salafuntuk melarang puasa Rajab sungguh sangat
disayangkan, terlebih jika kita mencermatidalil-dalil mereka yang
ternyatatermasuk dalil-dalil lemah.
Hadits Ibnu Abbas :
Mengenai perkataan Ibnu Abbas :
أن النبي صلى الله عليه و سلم نهى عن صيام رجب
“Bahwasanya Rasulullah saw melarang untuk berpuasa Rajab” (HR Ibnu Majah)
Hadits ini merupakan hadits dhaif, Imam Ibnu Majah berkomentar setelah meriwayatkan hadits ini :
في إسناده داود بن عطاء وهو ضعيف متفق على ضعفه .
Dalam isnadnya terdapat Dawud bin Atho` dan ia seorang dhaif yang disepakati kedhaifannya.(3)
Sedangkan Imam Syaukhani dalam Nailul Author mengomentari hadits tersebut :
ففيه ضعيفان زيد بن عبد الحميد وداود بن عطاء
Di dalamnya terdapat dua perawi dhaif yaitu Zaid bin Abdul Hamid dan Dawud bin Atho`.(4)
Selain dhaif, hadits di atas juga ternyata bertentangan dengan hadits
shohih, yaitu ucapan Ibnu Abbas ketika ditanya tentang puasa Rajab.
Utsman bin Hakim meriwayatkan :
سَأَلْتُ سَعِيدَ بْنَ جُبَيْرٍ عَنْ
صَوْمِ رَجَبٍ - وَنَحْنُ يَوْمَئِذٍ فِى رَجَبٍ - فَقَالَ سَمِعْتُ ابْنَ
عَبَّاسٍ رضى الله عنهما - يَقُولُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه
وسلم- يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ.وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ
يَصُومُ.
“Aku bertanya kepada Sa`id bin jubair mengenai puasa bulan
Rajab —ketika itu kami berada di bulan Rajab—, maka ia berkata “ Aku
mendengar Ibnu Abbas ra berkata , “Rasulullah saw berpuasa (di dalamnya)
sampai kami mengira ia tidak akan berbuka, dan berbuka(di dalamnya)
sampai kami mengira ia tidak berpuasa.” (HR Muslim)(5)
Hadits
pernyataan Ibnu Abbas tentang puasa Rasulullah di bulan Rajab di atas
adalah hadits Shohihyang tentunya harus lebih didahulukan daripada
hadits dhaif tentang larangan puasa di bulan Rajab.
Hadits Umar :
Sedangkan riwayat Thabrani mengenai kisah Sayyidina Umar yang memukul
tangan sekelompok orang karena berpuasa di Bulan Rajab, seraya berkata :
رجب وما إنما رجب شهر كان يعظمه أهل الجاهلية فلما جاء الاسلام ترك
“Tidaklah Rajab itu melainkan sebuah bulan yang dahulu diagungkan oleh
ahli jahiliyah dan ketika datang islam ia ditinggalkan” (HR At
Thabrani)(6)
Kisah di atas juga memiliki sedikit masalah, Al Haitsami dalam Majma` Zawaid menyatakan :
“Dalam hadits tersebut terdapat Hasan bin Jabalah, dan aku tidak
menemukan seorangpun yang membicarakannya sedangkan perawi-perawi
lainnya adalah tsiqoh”(7)
Ini berarti hadits tersebut adalah hadits dhaif karena salah satu perawinya tidak diketahui identitasnya (Majhul).
Kalaupun kita anggap perbuatan Sayyidina Umar ini memang benar
shohihsebagaimana yang dikatakan Ibnu Taimiyyah, tetap saja kita tidak
bisa menjadikannya sebagai dalil untuk melarang berpuasa di Bulan
Rajabmengingatshohihnya dalil yang menyatakan bahwa Rasulullah berpuasa
di bulan Rajab. Selain itu kita juga perlu memperhatikan mengapa
Sayidina Umar memukul mereka?.
Alasan ketidak-sukaan Sayyidina Umar
kepada kaum yang mengagungkan Bulan Rajab dengan berpuasa sebenarnya
sama dengan alasan sebagian sahabat yang kurang menyukai kaum yang
mengagungkan Asyuro dengan berpuasa (padahal hadits mengenai puasa
Asyuro shahih). Yaitu karena keduanya merupakanbulan dan hari yang
diagungkan oleh kaum kafir sebelum datangnya islam.Sebagian sahabat
tidak menyukaijika kita mengagungkan (dengan puasa misalnya) sesuatu
yang diagungkan oleh orang jahiliyah sebab itu sama dengan menghidupkan
sunnah jahiliyyah. Tetapi ketidaksukaan ini hanya bagi mereka yang
berpuasa untuk mengagungkan Rajab atau Asyuro, bukan mereka yang
berpuasa dengan tujuan mendapatkan pahala dari Allah ajja wa jalladi
dalamnya.(8)
Fatwa Ibnu Taimiyyah :
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam fatwa Ibnu Taimiyyah tentang puasa di bulan Rajab.
Pertama, Ibnu Taimiyyahdalam fatwanya tidak melarang untuk berpuasa di
bulan Rajab.Jika kita cermati, sejak awal Ibnu Taimiyyah menegaskan
bahwa yang ia pandang keliru adalah pengkhususan suatu bulan (terutama
Rajab) untuk berpuasa tanpa mempuasai bulan-bulan lainnya. Di awal
fatwanya beliau berkata :
أما تخصيص رجب وشعبان جميعا بالصوم أو الاعتكاف فلم يرد فيه عن النبي صلى الله عليه و سلم شيء ولا عن أصحابه ولا أئمة المسلمين
Sedangkan mengkhususkanBulan Rajabdan sya`ban untuk berpuasa atau
i`tikaf maka tidak ada satupun dalil yang datang dari rasulullah, tidak
pula dari sahabatnya dan dari Imam-imam umat muslim.(9)
Perhatikan penekanan beliau dalam kata mengkhususkan. Makna ini semakin jelas jika kita melihat bagian lain dari fatwa beliau :
وفي المسند وغيره : حديث عن النبي صلى الله عليه و سلم أنه أمر بصوم
الأشهر الحرم وهي : رجب وذو القعدة وذو الحجة والمحرم فهذا في صوم الأربعة
جميعا لا من يخصص رجب
Dan di dalam Al Musnad dan selainnya terdapat
hadits dari Rasulullah saw bahwasanya beliau memerintahkan untuk
berpuasa di bulan-bulan haram, yaitu Rajab, Dzulqo`dah, Dzul hijjah,
Muharrom, ini adalal dalil untuk mempuasai empat bulan semuanya bukan
bagi orang yang mengkhususkan Rajab.(10)
Jadi sebenarnya syaikh Ibnu
Taimiyah bukan melarang kita berpuasa di bulan rajab tetapi justru
menganjurkan kita untuk berpuasa di Bulan Rajabdan bulan-bulan lainnya
daripada asyhuril hurum (bulan-bulan haram).Dan beliau menganggap keliru
mereka yang hanya hanya berpuasa di bulan Rajab saja tanpa mempuasai
bulan-bulan lainnya hal itu memang sesuai dengan madzhab Hanbali yang
dianutnya.
Yang kedua perkataan beliau mengenai hadits-hadits keutamaan puasa Bulan Rajab:
وَلَيْسَتْ مِنْ الضَّعِيفِ الَّذِي يُرْوَى فِي الْفَضَائِلِ
Dan (hadits mengenai puasa rajab) bukanlah termasuk hadits dhaif yang diriwayatkan untuk fadhail
Ini tidak sepenuhnya benar, beberapa hadits dhaif mengenai keutamaan
berpuasa Bulan Rajabbisa dijadikan pedoman untuk Fadhail A`mal. Seperti
hadits :
أبا قلابة يقول في الجنة قصر لصوام رجب
Dari Aba qilabah berkata : “Di surga terdapat istana bagi mereka yang berpuasa di di Bulan Rajab” (HR Baihaqi)
Menanggapi hadits ini Imam Ahmad berkata :
وإن كان موقوفا على أبي قلابة وهو من التابعين ، فمثله لا يقول ذلك إلا عن بلاغ عمن فوقه ممن يأتيه الوحي ، وبالله التوفيق
(Hadits ini) meskipun dimauqufkan kepada Abi Qilabah salah seorang
tabi`in, tetapi seorang sepertinya tidak(mungkin) mengatakan hal ini
kecuali berdasarkan penyampaian dari orang diatasnya (sahabat) dari Ia
yang didatangi wahyu (Rasulullah)(11)
Al Imam Ibnu Hajar Al Haitsami berkata :
وَقَدْ تَقَرَّرَ أَنَّ الْحَدِيثَ الضَّعِيفَ وَالْمُرْسَلَ
وَالْمُنْقَطِعَوَالْمُعْضِلَ ، وَالْمَوْقُوفَ يُعْمَلُ بِهَا فِي
فَضَائِلِ الْأَعْمَالِ إجْمَاعًا وَلَا شَكَّ أَنَّ صَوْمَ رَجَبٍ مِنْ
فَضَائِلِ الْأَعْمَالِ فَيُكْتَفَى فِيهِ بِالْأَحَادِيثِ الضَّعِيفَةِ
وَنَحْوِهَا وَلَا يُنْكِرُ ذَلِكَ إلَّا جَاهِلٌ مَغْرُورٌ
“Telah
menjadi ketetapan bahwa hadits dhaif, mursal, munqothi, mu`dhol dan
mauquf dapat diamalkan untuk fadhail amal sesuai dengan ijma, dan tidak
diragukan bahwa puasa Rajab termasuk dari fadhailul a`mal sehingga cukup
di dalamnya hadits-hadits yang dhaif dan semisalnya dan tidak
mengingkari hal ini kecuali orang bodoh yang tertipu...”(12)
Hadits tentang Puasa di Bulan Rajab :
Mereka yang mengingkari kesunnahan berpuasa di bulan Rajab biasanya
menukil pernyataan ulamatentang dhaif atau palsunya
hadits-haditskeutamaan puasa Rajab tetapi sayang, jarang yang
mengungkapkan ucapan ulama secara utuh. Agar menjadi jelas, marilah kita
simak pernyataan para Ahli hadits tentang hadits-hadits puasa Rajab
secara utuh, Al Imam Nawawi dan Ibnu Sholahberkata :
وَلَمْ يَثْبُت
فِي صَوْم رَجَب نَهْيٌ وَلَا نَدْبٌ لِعَيْنِهِ ، وَلَكِنَّ أَصْلَ
الصَّوْمِ مَنْدُوبٌ إِلَيْهِ ، وَفِي سُنَن أَبِي دَاوُدَ أَنَّ رَسُول
اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَدَبَ إِلَى الصَّوْم مِنْ
الْأَشْهُر الْحُرُم ، وَرَجَب أَحَدهَا . وَاَللَّهُ أَعْلَمُ
“Tidak
ada yang tetap (shohih)mengenai puasa Rajab
baiklaranganataupunanjurankhusus, tetapi hukum asal puasa adalah sunnah,
dan di dalam Sunan Abi Dawud bahwa Rasulullah saw menganjurkan berpuasa
di asyhuril hurum dan Rajab adalah salah satunya”(13)
Pernyataan
Imam Nawawi dan Ibnu Sholah di atas menunjukkan bahwa yang dhaif dalam
masalah puasa Rajab bukan hanya hadits tentang keutamaannya tetapi juga
hadits mengenai larangannya. Dan yang dianggap dhaifhanyalah hadits
mengenai puasa Rajab secara khusus, oleh sebab itu mereka tetap
menganggap sunnah puasa Rajab karena Rajab termasuk salah satu bulan
haram yang dalil kesunahan berpuasa di dalamnya adalah Shohih.
Atas dasar ini, dalam kitab kitab lain Imam Nawawi menyinggung masalah kesunahhan puasa Rajab, beliau berkata :
قال أصحابنا : ومن الصوم المستحب صوم الأشهر الحرم , وهي ذو القعدة وذو
الحجة والمحرم ورجب , وأفضلها المحرم , قال الروياني في البحر : أفضلها رجب
, وهذا غلط ; لحديث أبي هريرة الذي سنذكره إن شاء الله تعالى { أفضل الصوم
بعد رمضان شهر الله المحرم
“Teman-teman kami (para ulama madzhab
Syafi’i) berkata: “Di antara puasa yang disunnahkan adalah puasa
bulan-bulan haram, yaitu Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab,
dan yang paling utama adalah Muharram. Al-Ruyani berkata dalam al-Bahr:
“Yang paling utama adalah bulan Rajab”. Pendapat al-Ruyani ini keliru,
karena hadits Abu Hurairah yang akan kami sebutkan berikut ini insya
Allah (“Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa bulan
Muharram.”)...”.(14)
Penting untuk diperhatikan, bahwa yang
dijadikan landasan utama para ulama mengenai kesunahhan Rajabbukan
berasal dari hadits-hadits dhaif, tetapi berasal dari hadits-hadits
Shohih mengenai anjuran berpuasa secara umum, dan juga anjuran berpuasa
di bulan-bulan haramsebagaimana perintah Nabi kepada salah seorang
sahabat dari suku Al Bahili :
صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ
“Berpuasalah di bulan haram dan tinggalkanlah, berpuasalah di bulan
haram dan tinggalkanlah, berpuasalah di bulan haram dan tinggalkanlah.”
(HR. Abu Dawud).(15)
Imam al-Nawawi mengomentari hadits tersebut:
“Nabi SAW menyuruh laki-laki tersebut untuk meninggalkan puasa di
sebagian bulan haram, karena berpuasa bagi laki-laki tersebut
memberatkan fisiknya sebagaimana disebutkan di awal hadits. Adapun bagi
orang yang tidak merasa berat, maka berpuasa di seluruh bulan haram
merupakan sebuah keutamaan.” (16)
Termasuk dalil yang mengisyaratkan kesunnahan puasa di bulan Rajab adalah hadits:
إنَّ شَعْبَانَ شَهْرٌ يَغْفُلُ عَنْهُ النَّاسُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ
SungguhSya`ban merupakan bulan yang dilupakan manusia di antara Rajab dan Ramadhan (HR Nasa`i)(17)
Imam Syaukhani mengomentari hadits ini :
“Tampak dari sabda Rasulullah saw kepada Usamah “Sungguh Sya`ban
merupakan bulan yang dilupakan manusia di antara Rajab dan Ramadhan”,
bahwa puasa Rajab adalah sunnah. Sebab jelas dari maksud hadits
tersebut, bahwa kaum muslimin lalai untuk mengagungkan bulan Sya’ban
dengan berpuasa, sebagaimana mereka mengagungkan Ramadhan dan Rajab
dengan berpuasa.”(18)
Dari uraian di atas setidaknya kita memahami
bahwa berpuasa di bulan Rajab merupakan sunnah yang dianjurkan para
ulama, dan memiliki dalil-dalil yang kuat. Mereka yang bersikeras
melarangnya sesungguhnya adalah orang yang belum mengetahui cara
pengambilan dalil.
Betapa benarnya apa yang diucapkan Imam Izuddin Bin Abdus Salam mengenai mereka :
وَاَلَّذِي نَهَى عَنْ صَوْمِهِ جَاهِلٌ بِمَأْخَذِ أَحْكَامِ الشَّرْعِ
وَكَيْف يَكُونُ مُنْهَيَا عَنْهُ مَعَ أَنَّ الْعُلَمَاءَ الَّذِينَ
دَوَّنُوا الشَّرِيعَةَ لَمْ يَذْكُر أَحَدٌ مِنْهُمْ انْدِرَاجَهُ فِيمَا
يُكْرَه صَوْمُهُ بَلْ يَكُونُ صَوْمُهُ قُرْبَةً إلَى اللَّهِ تَعَالَى
لِمَا جَاءَ فِي الْأَحَادِيثِ الصَّحِيحَةِ مِنْ التَّرْغِيبِ فِي
الصَّوْمِ
Mereka yang melarang puasa Rajab sesungguhnya adalah
seorang yangbodoh tentang cara pengambilan hukum-hukum syara’. Bagaimana
mungkin puasa Rajab dilarang, padahal para ulama yang membukukan
syariat, tidak seorang pun dari mereka yang menyebutkan bulan Rajab
dalam bulan yang makruh dipuasai. Bahkan berpuasa Rajab termasuk qurbah
(ibadah sunnah yang dapat mendekatkan) kepada Allah, sebab telah datang
hadits-hadits shahih yang menganjurkan berpuasa .....”(19)
Referensi
(1)الفتاوى الكبرى (2/ 478(
357 - 27 - وَسُئِلَ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى، عَمَّا وَرَدَ فِي
ثَوَابِ صِيَامِ الثَّلَاثَةِ أَشْهُرٍ، وَمَا تَقُولُ فِي الِاعْتِكَافِ
فِيهَا، وَالصَّمْتِ،هَلْ هُوَ مِنْ الْأَعْمَالِ الصَّالِحَاتِ؟ أَمْ
لَا؟فَأَجَابَ: أَمَّا تَخْصِيصُ رَجَبٍ وَشَعْبَانَ جَمِيعًا بِالصَّوْمِ،
أَوْ الِاعْتِكَافِ فَلَمْ يَرِدْ فِيهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْءٌ، وَلَا عَنْ أَصْحَابِهِ.وَلَا أَئِمَّةِ
الْمُسْلِمِينَ، بَلْ قَدْ ثَبَتَ فِي الصَّحِيحِ.}أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ إلَى شَعْبَانَ، وَلَمْ
يَكُنْ يَصُومُ مِنْ السَّنَةِ أَكْثَرَ مِمَّا يَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ،
مِنْ أَجْلِ شَهْرِ رَمَضَانَ{وَأَمَّا صَوْمُ رَجَبٍ بِخُصُوصِهِ،
فَأَحَادِيثُهُ كُلُّهَا ضَعِيفَةٌ، بَلْ مَوْضُوعَةٌ، لَا يَعْتَمِدُ
أَهْلُ الْعِلْمِ عَلَى شَيْءٍ مِنْهَا، وَلَيْسَتْ مِنْ الضَّعِيفِ
الَّذِي يُرْوَى فِي الْفَضَائِلِ، بَلْ عَامَّتُهَا مِنْ الْمَوْضُوعَاتِ
الْمَكْذُوبَاتِ، وَأَكْثَرُ مَا رُوِيَ فِي ذَلِكَ أَنَّ {النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إذَا دَخَلَ رَجَبُ يَقُولُ:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ، وَشَعْبَانَ، وَبَلِّغْنَا
رَمَضَانَ{".
(2)الفتاوى الهندية (حنفية)(5/ 239)
(
الْمَرْغُوبَاتُ مِنْ الصِّيَامِ أَنْوَاعٌ ) أَوَّلُهَا صَوْمُ
الْمُحَرَّمِ وَالثَّانِي صَوْمُ رَجَبٍ وَالثَّالِثُ صَوْمُ شَعْبَانَ
وَصَوْمُ عَاشُورَاءَ ، وَهُوَ الْيَوْمُ الْعَاشِرُ مِنْ الْمُحَرَّمِ
عِنْدَ عَامَّةِ الْعُلَمَاءِ وَالصَّحَابَةِ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى
عَنْهُمْ كَذَا فِي الظَّهِيرِيَّةِ الْمَسْنُونُ أَنْ يَصُومَ عَاشُورَاءَ
مَعَ التَّاسِعِ كَذَا فِي فَتْحِ الْقَدِيرِ .
شرح مختصر خليل للخرشي (مالكية) (6/ 493)
( ص ) وَالْمُحَرَّمِ وَرَجَبٍ وَشَعْبَانَ ( ش ) يَعْنِي : أَنَّهُ
يُسْتَحَبُّ صَوْمُ شَهْرِ الْمُحَرَّمِ وَهُوَ أَوَّلُ الشُّهُورِ
الْحُرُمِ ، وَرَجَبٍ وَهُوَ الشَّهْرُ الْفَرْدُ عَنْ الْأَشْهُرِ
الْحُرُمِ ، ........( قَوْلُهُ : وَرَجَبٍ ) ، بَلْ يُنْدَبُ صَوْمُ
بَقِيَّةِ الْحُرُمِ الْأَرْبَعَةِ وَأَفْضَلُهَا الْمُحَرَّمُ فَرَجَبٌ
فَذُو الْقِعْدَةِ فَالْحِجَّةُ
تحفة المحتاج في شرح المنهاج (شافعية) (14/ 101)
( خَاتِمَةٌ ) أَفْضَلُ الشُّهُورِ لِلصَّوْمِ بَعْدَ رَمَضَانَ
الْأَشْهُرُ الْحُرُمُ وَهِيَ ذُو الْقِعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ
وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبٌ وَأَفْضَلُهَا الْمُحَرَّمُ ثُمَّ رَجَبٌ خُرُوجًا
مِنْ خِلَافِ مَنْ فَضَّلَهُ عَلَى الْأَشْهُرِ الْحُرُمِ ثُمَّ بَاقِيهَا
وَظَاهِرُهُ الِاسْتِوَاءُ ثُمَّ شَعْبَانُ لِخَبَرِ { كَانَ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ } وَخَبَرِ { كَانَ
يَصُومُ شَعْبَانَ إلَّا قَلِيلًا } ........ وَفِيهِ أَيْضًا رَوَى أَبُو
دَاوُد وَغَيْرُهُ { صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ } وَإِنَّمَا أَمَرَ
الْمُخَاطَبَ بِالتَّرْكِ ؛ لِأَنَّهُ كَانَ يَشُقُّ عَلَيْهِ إكْثَارُ
الصَّوْمِ كَمَا جَاءَ التَّصْرِيحُ بِهِ فِي أَوَّلِ الْحَدِيثِ أَمَّا
مَنْ لَا يَشُقُّ عَلَيْهِ فَصَوْمُ جَمِيعِهَا لَهُ فَضِيلَةٌ وَمِنْ
ثَمَّ قَالَ الْجُرْجَانِيُّ وَغَيْرُهُ يُنْدَبُ صَوْمُ الْأَشْهُرِ
الْحُرُمِ كُلِّهَا ا هـ
الفروع لابن مفلح (حنبلية) (5/ 98)
فَصْلٌ
يُكْرَهُ إفْرَادُ رَجَبٍ بِالصَّوْمِ ( خ ) نَقَلَ حَنْبَلٌ : يُكْرَهُ ،
وَرَوَاهُ عَنْ عُمَرَ وَابْنِهِ وَأَبِي بَكْرَةَ ، قَالَ أَحْمَدُ :
يُرْوَى فِيهِ عَنْ عُمَرَ أَنَّهُ كَانَ يَضْرِبُ عَلَى صَوْمِهِ ،
وَابْنُ عَبَّاسٍ قَالَ : يَصُومُهُ إلَّا يَوْمًا أَوْ أَيَّامًا ، وَعَنْ
ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ {
نَهَى عَنْ صِيَامِ رَجَبٍ } ، رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهْ وَأَبُو بَكْرٍ مِنْ
أَصْحَابِنَا مِنْ رِوَايَةِ دَاوُد بْنِ عَطَاءٍ ، ضَعَّفَهُ أَحْمَدُ
وَغَيْرُهُ ، وَلِأَنَّ فِيهِ إحْيَاءً لِشِعَارِ الْجَاهِلِيَّةِ
بِتَعْظِيمِهِ ، وَلِهَذَا صَحَّ عَنْ عُمَرَ أَنَّهُ كَانَ يَضْرِبُ فِيهِ
وَيَقُولُ : كُلُوا فَإِنَّمَا هُوَ شَهْرٌ كَانَتْ تُعَظِّمُهُ
الْجَاهِلِيَّةُ .وَتَزُولُ الْكَرَاهَةُ بِالْفِطْرِ أَوْ بِصَوْمِ شَهْرٍ
آخَرَ مِنْ السَّنَةِ ، قَالَ صَاحِبُ الْمُحَرَّرِ : وَإِنْ لَمْ يَلِهِ .
(3)سنن ابن ماجه (1/ 554)
1743 - حدثنا إبراهيم بن المنذر الحزامي . حدثنا داود بن عطاء . حدثني زيد
بن عبد الحميد ابن عبد الرحمن بن زيد بن الخطاب عن سليمان عن أبيه عن ابن
عباس : - أن النبي صلى الله عليه و سلم نهى عن صيام رجب في إسناده داود بن
عطاء وهو ضعيف متفق على ضعفه .
(4)نيل الأوطار (4/ 621)
. وأما
حديث ابن عباس عند ابن ماجه بلفظ ( أن النبي صلى الله عليه وآله وسلم نهى
عن صيام رجب ) ففيه ضعيفان زيد بن عبد الحميد وداود بن عطاء
(5)صحيح مسلم (7/ 2)
2782 - حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ ح وَحَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِى
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ حَكِيمٍ الأَنْصَارِىُّ قَالَ سَأَلْتُ سَعِيدَ
بْنَ جُبَيْرٍ عَنْ صَوْمِ رَجَبٍ - وَنَحْنُ يَوْمَئِذٍ فِى رَجَبٍ -
فَقَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ - رضى الله عنهما - يَقُولُ كَانَ رَسُولُ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ
يُفْطِرُ.وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ.
(6)المعجم الأوسط للطبراني (7/ 325)
حدثنا محمدبن المرزبان نا الحسن بن جبلة الشيرازي نا سعد (2) ابن الصلت
عنالاعمش عن وبرة بن عبد الرحمن المسلي عن خرشة بن الحر قال رأيت عمربن
الخطاب يضرب أكف الرجال في صوم رجب حتى يضعونها فيالطعام ويقول رجب وما رجب
إنما رجب شهر كان يعظمه أهل الجاهليةفلما جاء الاسلام ترك
(7)مجمع الزوائد (3/ 191)
(باب في صيام رجب) عن خرشة بن الحر قال رأيت عمر بن الخطاب يضرب أكف الرجل
في صوم رجب حتى يضعونها في الطعام ويقول رجب وما إنما رجب شهر كان يعظمه
أهل الجاهلية فلما جاء الاسلام ترك.رواه الطبراني في الاوسط وفيه الحسن بن
جبلة ولم أجد من ذكره ، وبقية رجاله ثقات.
(8)تهذيب الآثار للطبري (2/ 158)
فإن قال لنا قائل : فما وجه كراهة من كره صومه من أصحاب رسول الله صلى
الله عليه وسلم وغيرهم ؟ قيل : وجه كراهتهم ذلك نظير كراهة من كره صوم رجب ؛
إذ كان شهرا كانت الجاهلية تعظمه ، فكره من كره صومه أن يعظمه في الإسلام
بصومه تعظيم أهل الجاهلية إياه في الشرك ، فأراد بإفطاره وضع منار الكفر ،
وهدم أعلام الشرك . وكذلك عاشوراء ، كان - كما قد ذكرنا الخبر قبل عمن
ذكرنا ذلك عنه - يوما يصومه أهل الشرك في الجاهلية ، فأراد بإفطاره والنهي
عن صومه - من أفطره وكره صومه - إبطال ما أبطله الله تعالى بما شرع لعباده
من فرض صوم شهر رمضان ، من سنة أهل الجاهلية في صومه ، ومن غير تحريم منه
صومه على من صامه ، ولا موئسه من الثواب الذي وعد الله تعالى صائميه على
لسان رسوله صلى الله عليه وسلم ، إذا صامه مبتغيا بصومه إياه استنجاز وعده
ذلك ، لا مريدا به إحياء سنة أهل الشرك ، وكذلك ذلك في صوم رجب
(9)الفتاوى الكبرى (2/ 478(
فأجاب : أما تخصيص رجب وشعبان جميعا بالصوم أو الاعتكاف فلم يرد فيه عن
النبي صلى الله عليه و سلم شيء ولا عن أصحابه ولا أئمة المسلمين بل قد ثبت
في الصحيح أن رسول الله صلى الله عليه و سلم كان يصوم إلى شعبان ولم يكن
يصوم من السنة أكثر مما يصوم من شعبان من أجل شهر رمضانوأما صوم رجب بخصوصه
فأحاديثه كلها ضعيفة بل موضوعة لا يعتمد أهل العلم على شيء منها وليست من
الضعيف الذي يروى في الفضائل بل عامتها من الموضوعات المكذوبات وأكثر ما
روي في ذلك أن النبي صلى الله عليه و سلم كان إذا دخل رجب يقول : [ اللهم
بارك لنا في رجب وشعبان وبلغنا رمضان[وقد روى ابن ماجه في سننه عن ابن عباس
عن النبي صلى الله عليه و سلم أنه نهى عن صومرجب وفي إسناده نظر لكن صح أن
عمر بن الخطاب كان يضرب أيدي الناس ليضعوا أيديهم في الطعام في رجب ويقول
لا تشبهوه برمضانودخل أبو بكر فرأى أهله قد اشتروا كيزانا للماء واستعدوا
للصوم فقال : ما هذا ؟ ! فقالوا : رجب فقال : أتريدون أن تشبهوه برمضان ؟
وكسر تلك الكيزان فمتى أفطر بعضا لم يكره صوم البعض
(10)الفتاوى الكبرى (2/ 478(
وفي المسند وغيره : حديث عن النبي صلى الله عليه و سلم أنه أمر بصوم
الأشهر الحرم وهي : رجب وذو القعدة وذو الحجة والمحرم فهذا في صوم الأربعة
جميعا لا من يخصص رجب
(11)شعب الإيمان للبيهقي (8/ 318)
3641 -
أخبرنا أبو عبد الله الحافظ ، وأبو محمد بن أبي حامد المقرئ ، قالا : حدثنا
أبو العباس هو الأصم ، حدثنا إبراهيم بن سليمان البرلسي ، حدثنا عبد الله
بن يوسف ، حدثنا عامر بن شبل ، قال : سمعت أبا قلابة يقول : « في الجنة قصر
لصوام رجب » . قال أحمد : « وإن كان موقوفا على أبي قلابة وهو من التابعين
، فمثله لا يقول ذلك إلا عن بلاغ عمن فوقه ممن يأتيه الوحي ، وبالله
التوفيق »
(12)الفتاوى الفقهية الكبرى (3/ 294)
وَقَدْ تَقَرَّرَ
أَنَّ الْحَدِيثَ الضَّعِيفَ وَالْمُرْسَلَ وَالْمُنْقَطِعَوَالْمُعْضِلَ ،
وَالْمَوْقُوفَ يُعْمَلُ بِهَا فِي فَضَائِلِ الْأَعْمَالِ إجْمَاعًا
وَلَا شَكَّ أَنَّ صَوْمَ رَجَبٍ مِنْ فَضَائِلِ الْأَعْمَالِ فَيُكْتَفَى
فِيهِ بِالْأَحَادِيثِ الضَّعِيفَةِ وَنَحْوِهَا وَلَا يُنْكِرُ ذَلِكَ
إلَّا جَاهِلٌ مَغْرُورٌ وَرَوَى الْأَزْدِيُّ فِي الضُّعَفَاءِ مِنْ
حَدِيثِ السُّنَنِ { مَنْ صَامَ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ شَهْرٍ حَرَامٍ
الْخَمِيسَ وَالْجُمُعَةَ وَالسَّبْتَ كَتَبَ اللَّهُ لَهُ عِبَادَةَ
سَبْعِمِائَةِ عَامٍ } وَلِلْحَلِيمِيِّ فِي صَوْمِ رَجَب كَلَامٌ
مُحْتَمَلٌ فَلَا تَغْتَرُّ بِهِ فَإِنَّ الْأَصْحَابَ عَلَى خِلَافِ مَا
قَدْ يُوهِمهُ كَلَامُهُ .
(13)شرح النووي على مسلم (4/ 167)
1960 -
قَوْله : ( سَأَلْت سَعِيدَ بْنَ جُبَيْرٍ عَنْ صَوْم رَجَب ، فَقَالَ :
سَمِعْت اِبْن عَبَّاس يَقُول : كَانَ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُوم حَتَّى نَقُول : لَا يُفْطِرُ ، وَيُفْطِرُ
حَتَّى نَقُولَ : لَا يَصُومُ )الظَّاهِر أَنَّ مُرَاد سَعِيد بْن جُبَيْر
بِهَذَا الِاسْتِدْلَال أَنَّهُ لَا نَهْيَ عَنْهُ ، وَلَا نَدْب فِيهِ
لِعَيْنِهِ ، بَلْ لَهُ حُكْم بَاقِي الشُّهُور ، وَلَمْ يَثْبُت فِي صَوْم
رَجَب نَهْيٌ وَلَا نَدْبٌ لِعَيْنِهِ ، وَلَكِنَّ أَصْلَ الصَّوْمِ
مَنْدُوبٌ إِلَيْهِ ، وَفِي سُنَن أَبِي دَاوُدَ أَنَّ رَسُول اللَّه
صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَدَبَ إِلَى الصَّوْم مِنْ الْأَشْهُر
الْحُرُم ، وَرَجَب أَحَدهَا . وَاَللَّهُ أَعْلَمُ .
فيض القدير (4/ 277)
(أبو محمد الخلال في فضائل رجب عن ابن عباس) حديث ضعيف جدا قال ابن الصلاح
وغيره : لم يثبت في صوم رجب نهي ولا ندبوأصل الصوم مندوب في رجب وغيره
وقال ابن رجب : لم يصح في فضل صوم رجب بخصوصه شئ عن النبي صلى الله عليه
وسلم ولا عن أصحابه.
(14)المجموع (6/ 386)
(فرع) قال اصحابنا ومن
الصوم المستحب صوم الاشهر الحرم وهي ذوالقعدة وذو الحجة والمحرم ورجب
وافضلها المحرم قال الرويانى في البحر افضلها رجب وهذا غلط لحديث ابي هريرة
الذى سنذكره ان شاء الله تعالى " افضل الصوم بعد مضان شهر الله المحرم "
ومن المسنون صوم شعبان ومنه صوم الايام التسعة من اول ذى الحجة وجاءت في
هذا كله احاديث كثيرة
(15)سنن أبى داود (7/ 258)
2430 - حَدَّثَنَا
مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ سَعِيدٍ
الْجُرَيْرِىِّ عَنْ أَبِى السَّلِيلِ عَنْ مُجِيبَةَ الْبَاهِلِيَّةِ عَنْ
أَبِيهَا أَوْ عَمِّهَا أَنَّهُ أَتَى رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه
وسلم- ثُمَّ انْطَلَقَ فَأَتَاهُ بَعْدَ سَنَةٍ وَقَدْ تَغَيَّرَتْ
حَالَتُهُ وَهَيْئَتُهُ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَمَا تَعْرِفُنِى
قَالَ « وَمَنْ أَنْتَ ». قَالَ أَنَا الْبَاهِلِىُّ الَّذِى جِئْتُكَ
عَامَ الأَوَّلِ. قَالَ « فَمَا غَيَّرَكَ وَقَدْ كُنْتَ حَسَنَ
الْهَيْئَةِ ». قَالَ مَا أَكَلْتُ طَعَامًا إِلاَّ بِلَيْلٍ مُنْذُ
فَارَقْتُكَ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لِمَ
عَذَّبْتَ نَفْسَكَ ». ثُمَّ قَالَ « صُمْ شَهْرَ الصَّبْرِ وَيَوْمًا مِنْ
كُلِّ شَهْرٍ ». قَالَ زِدْنِى فَإِنَّ بِى قُوَّةً. قَالَ « صُمْ
يَوْمَيْنِ ». قَالَ زِدْنِى. قَالَ « صُمْ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ ». قَالَ
زِدْنِى. قَالَ « صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنَ الْحُرُمِ
وَاتْرُكْ صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ ». وَقَالَ بِأَصَابِعِهِ
الثَّلاَثَةِ فَضَمَّهَا ثُمَّ أَرْسَلَهَا.
(16)المجموع (6/ 387)
قوله) صلي الله عليه وسلم صم من الحرم واترك انما امره بالترك لانه كان يشق
عليه إكثار الصوم كما ذكره في اول الحديث (فأما) من لا يشق عليه فصوم
جميعها فضيلة
(17)سنن النسائي (4/ 201)
2357 - أخبرنا عمرو بن علي
عن عبد الرحمن قال حدثنا ثابت بن قيس أبو الغصن شيخ من أهل المدينة قال
حدثني أبو سعيد المقبري قال حدثني أسامة بن زيد قال قلت : يا رسول الله لم
أرك تصوم شهرا من الشهور ما تصوم من شعبان قال ذلك شهر يغفل الناس عنه بين
رجب ورمضان وهو شهر ترفع فيه الأعمال إلى رب العالمين فأحب أن يرفع عملي
وأنا صائم قال الشيخ الألباني : حسن
(18)نيل الأوطار (4/ 621)
(
فائدة ) ظاهر قوله في حديث أسامة ( إن شعبان شهر يغفل عنه الناس بين رجب
ورمضان ) أنه يستحب صوم رجب لأن الظاهر أن المراد أنهم يغفلون عن تعظيم
شعبان بالصوم كما يعظمون رمضان ورجبا به
(19)الفتاوى الفقهية الكبرى (3/ 292)
هَذَا الْجَاهِلُ الْمَغْرُورُ أَنَّ هَذَا حَدِيثٌ بَاطِلٌ كَذِبٌ لَا
تَحِلُّ رِوَايَتُهُ كَمَا ذَكَرُهُ الشَّيْخُ أَبُو عَمْرِو بْنِ
الصَّلَاحِ وَنَاهِيكَ بِهِ حِفْظًا لِلسُّنَّةِ وَجَلَالَةً فِي
الْعُلُومِ وَيُوَافِقهُ إفْتَاءُ الْعِزِّ بْنِ عَبْدِ السَّلَامِ
فَإِنَّهُ سُئِلَ عَمَّا نُقِلَ عَنْ بَعْضِ الْمُحَدِّثِينَ مِنْ مَنْعِ
صَوْمِ رَجَب وَتَعْظِيمِ حُرْمَتِهِ وَهَلْ يَصِحُّ نَذْرُ صَوْمِ
جَمِيعِهِ فَقَالَ فِي جَوَابِهِ نَذْرُ صَوْمِهِ صَحِيحٌ لَازِمٌ
يَتَقَرَّبُ إلَى اللَّهِ تَعَالَى بِمِثْلِهِ وَاَلَّذِي نَهَى عَنْ
صَوْمِهِ جَاهِلٌ بِمَأْخَذِ أَحْكَامِ الشَّرْعِ وَكَيْف يَكُونُ
مُنْهَيَا عَنْهُ مَعَ أَنَّ الْعُلَمَاءَ الَّذِينَ دَوَّنُوا
الشَّرِيعَةَ لَمْ يَذْكُر أَحَدٌ مِنْهُمْ انْدِرَاجَهُ فِيمَا يُكْرَه
صَوْمُهُ بَلْ يَكُونُ صَوْمُهُ قُرْبَةً إلَى اللَّهِ تَعَالَى لِمَا
جَاءَ فِي الْأَحَادِيثِ الصَّحِيحَةِ مِنْ التَّرْغِيبِ فِي الصَّوْم
.....
Sahabat Ibnu Abbas ra berkata :
أن النبي صلى الله عليه و سلم نهى عن صيام رجب
“Sesungguhnya Rasulullah saw melarang untuk berpuasa di Bulan Rajab” (HR Ibnu Majah)
Dalam hadits lain diceritakan, ketika SayyidinaUmar ra menjumpai kaum yang berpuasa di Bulan Rajab, Beliau memukuli tangan mereka seraya berkata :
رجب وما إنما رجب شهر كان يعظمه أهل الجاهلية فلما جاء الاسلام ترك
“Tidaklah Rajab itu melainkan sebuah bulan yang dahulu diagungkan oleh ahli jahiliyah maka ketika datang islam ia ditinggalkan” (HR At Thabrani)
> SYUBHAT <
Dua hadits di atas, dan hadits-hadits lain yang serupa menunjukkan larangan yang tegas untuk berpuasa di BulanRajab. Seluruh ulama hadits seperti Imam Ibnu Hajar Atsqolani, Imam Nawawi, Ibnu Sholah dan Ibnu Taimiyyah sepakat bahwa hadits-hadits yang datang mengenai keutamaan puasa Bulan Rajabseluruhnya dhaif sehingga tidak dapat dijadikan hujjah. Dalam fatwanya Syaikh Ibnu Taimiyyah berkata :
وَأَمَّا صَوْمُ رَجَبٍ بِخُصُوصِهِ، فَأَحَادِيثُهُ كُلُّهَا ضَعِيفَةٌ، بَلْ مَوْضُوعَةٌ، لَا يَعْتَمِدُ أَهْلُ الْعِلْمِ عَلَى شَيْءٍ مِنْهَا، وَلَيْسَتْ مِنْ الضَّعِيفِ الَّذِي يُرْوَى فِي الْفَضَائِلِ، بَلْ عَامَّتُهَا مِنْ الْمَوْضُوعَاتِ الْمَكْذُوبَاتِ،
“Sedangkan mengenai puasa Bulan Rajabsecara khusus, maka keseluruhan hadits-hadits mengenainya adalah dhaif bahkan maudhu (palsu).Ahli Ilmu sama sekali tidak berpegang dengan sesuatupun darinya dan bukan termasuk hadits dhaif yang diriwayatkan untuk dijadikan fadhail bahkan umumnya termasuk hadits-hadita palsu lagi dusta....”(1)
Maka hendaknya kita tidak tertipu dengan banyaknya hadits-hadits palsu mengenai keutamaan berpuasa di Bulan Rajab, jangan sampai kita melakukan sesuatu yang kita anggap ibadahpadahal sebenarnya ia adalah bid`ah. Ingatlah segala bentuk bid`ahadalah sesat !
--------------------------------------------------------------
Kami menjawab :
Sebenarnya pembahasan mengenai puasa Bulan Rajabtelah tuntas dibahas para ulama, dan hasil pembahasan mereka telah dicatatdengan rapi dalam literatur-literatur Fiqh Islam. Secara umum jumhur ulamamenyepakati kesunnahan puasa di bulan Rajab seperti halnya puasa di bulan-bulan haram lainnya (Dzul Qo`dah, Dzul hijjah, Muharram), mereka hanya berselisih apakah makruh (bukan haram) untuk mempuasai Rajabsecara khusus sebulan penuh atau tidak ?. Menurut yang masyhur dari seluruh madzhab selain madzhab Hanbali, disunnahkan berpuasa di bulan-bulan haram secara penuh termasuk didalamnya adalah Rajab, sedangkan yang masyhur dari Madzhab Hanbali hukumnya makruh (bukan haram) mempuasai Rajab sebulan penuh, tetapi Kemakruhan ini bisa hilang dengan berbuka (satu hari atau beberapa hari), atau dengan berpuasa pada bulan yang lain dalam tahun yang sama..(2)
Maka munculnya sebuah kelompok yang mengatas-namakan salafuntuk melarang puasa Rajab sungguh sangat disayangkan, terlebih jika kita mencermatidalil-dalil mereka yang ternyatatermasuk dalil-dalil lemah.
Hadits Ibnu Abbas :
Mengenai perkataan Ibnu Abbas :
أن النبي صلى الله عليه و سلم نهى عن صيام رجب
“Bahwasanya Rasulullah saw melarang untuk berpuasa Rajab” (HR Ibnu Majah)
Hadits ini merupakan hadits dhaif, Imam Ibnu Majah berkomentar setelah meriwayatkan hadits ini :
في إسناده داود بن عطاء وهو ضعيف متفق على ضعفه .
Dalam isnadnya terdapat Dawud bin Atho` dan ia seorang dhaif yang disepakati kedhaifannya.(3)
Sedangkan Imam Syaukhani dalam Nailul Author mengomentari hadits tersebut :
ففيه ضعيفان زيد بن عبد الحميد وداود بن عطاء
Di dalamnya terdapat dua perawi dhaif yaitu Zaid bin Abdul Hamid dan Dawud bin Atho`.(4)
Selain dhaif, hadits di atas juga ternyata bertentangan dengan hadits shohih, yaitu ucapan Ibnu Abbas ketika ditanya tentang puasa Rajab. Utsman bin Hakim meriwayatkan :
سَأَلْتُ سَعِيدَ بْنَ جُبَيْرٍ عَنْ صَوْمِ رَجَبٍ - وَنَحْنُ يَوْمَئِذٍ فِى رَجَبٍ - فَقَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ رضى الله عنهما - يَقُولُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ.وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ.
“Aku bertanya kepada Sa`id bin jubair mengenai puasa bulan Rajab —ketika itu kami berada di bulan Rajab—, maka ia berkata “ Aku mendengar Ibnu Abbas ra berkata , “Rasulullah saw berpuasa (di dalamnya) sampai kami mengira ia tidak akan berbuka, dan berbuka(di dalamnya) sampai kami mengira ia tidak berpuasa.” (HR Muslim)(5)
Hadits pernyataan Ibnu Abbas tentang puasa Rasulullah di bulan Rajab di atas adalah hadits Shohihyang tentunya harus lebih didahulukan daripada hadits dhaif tentang larangan puasa di bulan Rajab.
Hadits Umar :
Sedangkan riwayat Thabrani mengenai kisah Sayyidina Umar yang memukul tangan sekelompok orang karena berpuasa di Bulan Rajab, seraya berkata :
رجب وما إنما رجب شهر كان يعظمه أهل الجاهلية فلما جاء الاسلام ترك
“Tidaklah Rajab itu melainkan sebuah bulan yang dahulu diagungkan oleh ahli jahiliyah dan ketika datang islam ia ditinggalkan” (HR At Thabrani)(6)
Kisah di atas juga memiliki sedikit masalah, Al Haitsami dalam Majma` Zawaid menyatakan :
“Dalam hadits tersebut terdapat Hasan bin Jabalah, dan aku tidak menemukan seorangpun yang membicarakannya sedangkan perawi-perawi lainnya adalah tsiqoh”(7)
Ini berarti hadits tersebut adalah hadits dhaif karena salah satu perawinya tidak diketahui identitasnya (Majhul).
Kalaupun kita anggap perbuatan Sayyidina Umar ini memang benar shohihsebagaimana yang dikatakan Ibnu Taimiyyah, tetap saja kita tidak bisa menjadikannya sebagai dalil untuk melarang berpuasa di Bulan Rajabmengingatshohihnya dalil yang menyatakan bahwa Rasulullah berpuasa di bulan Rajab. Selain itu kita juga perlu memperhatikan mengapa Sayidina Umar memukul mereka?.
Alasan ketidak-sukaan Sayyidina Umar kepada kaum yang mengagungkan Bulan Rajab dengan berpuasa sebenarnya sama dengan alasan sebagian sahabat yang kurang menyukai kaum yang mengagungkan Asyuro dengan berpuasa (padahal hadits mengenai puasa Asyuro shahih). Yaitu karena keduanya merupakanbulan dan hari yang diagungkan oleh kaum kafir sebelum datangnya islam.Sebagian sahabat tidak menyukaijika kita mengagungkan (dengan puasa misalnya) sesuatu yang diagungkan oleh orang jahiliyah sebab itu sama dengan menghidupkan sunnah jahiliyyah. Tetapi ketidaksukaan ini hanya bagi mereka yang berpuasa untuk mengagungkan Rajab atau Asyuro, bukan mereka yang berpuasa dengan tujuan mendapatkan pahala dari Allah ajja wa jalladi dalamnya.(8)
Fatwa Ibnu Taimiyyah :
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam fatwa Ibnu Taimiyyah tentang puasa di bulan Rajab.
Pertama, Ibnu Taimiyyahdalam fatwanya tidak melarang untuk berpuasa di bulan Rajab.Jika kita cermati, sejak awal Ibnu Taimiyyah menegaskan bahwa yang ia pandang keliru adalah pengkhususan suatu bulan (terutama Rajab) untuk berpuasa tanpa mempuasai bulan-bulan lainnya. Di awal fatwanya beliau berkata :
أما تخصيص رجب وشعبان جميعا بالصوم أو الاعتكاف فلم يرد فيه عن النبي صلى الله عليه و سلم شيء ولا عن أصحابه ولا أئمة المسلمين
Sedangkan mengkhususkanBulan Rajabdan sya`ban untuk berpuasa atau i`tikaf maka tidak ada satupun dalil yang datang dari rasulullah, tidak pula dari sahabatnya dan dari Imam-imam umat muslim.(9)
Perhatikan penekanan beliau dalam kata mengkhususkan. Makna ini semakin jelas jika kita melihat bagian lain dari fatwa beliau :
وفي المسند وغيره : حديث عن النبي صلى الله عليه و سلم أنه أمر بصوم الأشهر الحرم وهي : رجب وذو القعدة وذو الحجة والمحرم فهذا في صوم الأربعة جميعا لا من يخصص رجب
Dan di dalam Al Musnad dan selainnya terdapat hadits dari Rasulullah saw bahwasanya beliau memerintahkan untuk berpuasa di bulan-bulan haram, yaitu Rajab, Dzulqo`dah, Dzul hijjah, Muharrom, ini adalal dalil untuk mempuasai empat bulan semuanya bukan bagi orang yang mengkhususkan Rajab.(10)
Jadi sebenarnya syaikh Ibnu Taimiyah bukan melarang kita berpuasa di bulan rajab tetapi justru menganjurkan kita untuk berpuasa di Bulan Rajabdan bulan-bulan lainnya daripada asyhuril hurum (bulan-bulan haram).Dan beliau menganggap keliru mereka yang hanya hanya berpuasa di bulan Rajab saja tanpa mempuasai bulan-bulan lainnya hal itu memang sesuai dengan madzhab Hanbali yang dianutnya.
Yang kedua perkataan beliau mengenai hadits-hadits keutamaan puasa Bulan Rajab:
وَلَيْسَتْ مِنْ الضَّعِيفِ الَّذِي يُرْوَى فِي الْفَضَائِلِ
Dan (hadits mengenai puasa rajab) bukanlah termasuk hadits dhaif yang diriwayatkan untuk fadhail
Ini tidak sepenuhnya benar, beberapa hadits dhaif mengenai keutamaan berpuasa Bulan Rajabbisa dijadikan pedoman untuk Fadhail A`mal. Seperti hadits :
أبا قلابة يقول في الجنة قصر لصوام رجب
Dari Aba qilabah berkata : “Di surga terdapat istana bagi mereka yang berpuasa di di Bulan Rajab” (HR Baihaqi)
Menanggapi hadits ini Imam Ahmad berkata :
وإن كان موقوفا على أبي قلابة وهو من التابعين ، فمثله لا يقول ذلك إلا عن بلاغ عمن فوقه ممن يأتيه الوحي ، وبالله التوفيق
(Hadits ini) meskipun dimauqufkan kepada Abi Qilabah salah seorang tabi`in, tetapi seorang sepertinya tidak(mungkin) mengatakan hal ini kecuali berdasarkan penyampaian dari orang diatasnya (sahabat) dari Ia yang didatangi wahyu (Rasulullah)(11)
Al Imam Ibnu Hajar Al Haitsami berkata :
وَقَدْ تَقَرَّرَ أَنَّ الْحَدِيثَ الضَّعِيفَ وَالْمُرْسَلَ وَالْمُنْقَطِعَوَالْمُعْضِلَ ، وَالْمَوْقُوفَ يُعْمَلُ بِهَا فِي فَضَائِلِ الْأَعْمَالِ إجْمَاعًا وَلَا شَكَّ أَنَّ صَوْمَ رَجَبٍ مِنْ فَضَائِلِ الْأَعْمَالِ فَيُكْتَفَى فِيهِ بِالْأَحَادِيثِ الضَّعِيفَةِ وَنَحْوِهَا وَلَا يُنْكِرُ ذَلِكَ إلَّا جَاهِلٌ مَغْرُورٌ
“Telah menjadi ketetapan bahwa hadits dhaif, mursal, munqothi, mu`dhol dan mauquf dapat diamalkan untuk fadhail amal sesuai dengan ijma, dan tidak diragukan bahwa puasa Rajab termasuk dari fadhailul a`mal sehingga cukup di dalamnya hadits-hadits yang dhaif dan semisalnya dan tidak mengingkari hal ini kecuali orang bodoh yang tertipu...”(12)
Hadits tentang Puasa di Bulan Rajab :
Mereka yang mengingkari kesunnahan berpuasa di bulan Rajab biasanya menukil pernyataan ulamatentang dhaif atau palsunya hadits-haditskeutamaan puasa Rajab tetapi sayang, jarang yang mengungkapkan ucapan ulama secara utuh. Agar menjadi jelas, marilah kita simak pernyataan para Ahli hadits tentang hadits-hadits puasa Rajab secara utuh, Al Imam Nawawi dan Ibnu Sholahberkata :
وَلَمْ يَثْبُت فِي صَوْم رَجَب نَهْيٌ وَلَا نَدْبٌ لِعَيْنِهِ ، وَلَكِنَّ أَصْلَ الصَّوْمِ مَنْدُوبٌ إِلَيْهِ ، وَفِي سُنَن أَبِي دَاوُدَ أَنَّ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَدَبَ إِلَى الصَّوْم مِنْ الْأَشْهُر الْحُرُم ، وَرَجَب أَحَدهَا . وَاَللَّهُ أَعْلَمُ
“Tidak ada yang tetap (shohih)mengenai puasa Rajab baiklaranganataupunanjurankhusus, tetapi hukum asal puasa adalah sunnah, dan di dalam Sunan Abi Dawud bahwa Rasulullah saw menganjurkan berpuasa di asyhuril hurum dan Rajab adalah salah satunya”(13)
Pernyataan Imam Nawawi dan Ibnu Sholah di atas menunjukkan bahwa yang dhaif dalam masalah puasa Rajab bukan hanya hadits tentang keutamaannya tetapi juga hadits mengenai larangannya. Dan yang dianggap dhaifhanyalah hadits mengenai puasa Rajab secara khusus, oleh sebab itu mereka tetap menganggap sunnah puasa Rajab karena Rajab termasuk salah satu bulan haram yang dalil kesunahan berpuasa di dalamnya adalah Shohih.
Atas dasar ini, dalam kitab kitab lain Imam Nawawi menyinggung masalah kesunahhan puasa Rajab, beliau berkata :
قال أصحابنا : ومن الصوم المستحب صوم الأشهر الحرم , وهي ذو القعدة وذو الحجة والمحرم ورجب , وأفضلها المحرم , قال الروياني في البحر : أفضلها رجب , وهذا غلط ; لحديث أبي هريرة الذي سنذكره إن شاء الله تعالى { أفضل الصوم بعد رمضان شهر الله المحرم
“Teman-teman kami (para ulama madzhab Syafi’i) berkata: “Di antara puasa yang disunnahkan adalah puasa bulan-bulan haram, yaitu Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab, dan yang paling utama adalah Muharram. Al-Ruyani berkata dalam al-Bahr: “Yang paling utama adalah bulan Rajab”. Pendapat al-Ruyani ini keliru, karena hadits Abu Hurairah yang akan kami sebutkan berikut ini insya Allah (“Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa bulan Muharram.”)...”.(14)
Penting untuk diperhatikan, bahwa yang dijadikan landasan utama para ulama mengenai kesunahhan Rajabbukan berasal dari hadits-hadits dhaif, tetapi berasal dari hadits-hadits Shohih mengenai anjuran berpuasa secara umum, dan juga anjuran berpuasa di bulan-bulan haramsebagaimana perintah Nabi kepada salah seorang sahabat dari suku Al Bahili :
صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ
“Berpuasalah di bulan haram dan tinggalkanlah, berpuasalah di bulan haram dan tinggalkanlah, berpuasalah di bulan haram dan tinggalkanlah.” (HR. Abu Dawud).(15)
Imam al-Nawawi mengomentari hadits tersebut: “Nabi SAW menyuruh laki-laki tersebut untuk meninggalkan puasa di sebagian bulan haram, karena berpuasa bagi laki-laki tersebut memberatkan fisiknya sebagaimana disebutkan di awal hadits. Adapun bagi orang yang tidak merasa berat, maka berpuasa di seluruh bulan haram merupakan sebuah keutamaan.” (16)
Termasuk dalil yang mengisyaratkan kesunnahan puasa di bulan Rajab adalah hadits:
إنَّ شَعْبَانَ شَهْرٌ يَغْفُلُ عَنْهُ النَّاسُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ
SungguhSya`ban merupakan bulan yang dilupakan manusia di antara Rajab dan Ramadhan (HR Nasa`i)(17)
Imam Syaukhani mengomentari hadits ini :
“Tampak dari sabda Rasulullah saw kepada Usamah “Sungguh Sya`ban merupakan bulan yang dilupakan manusia di antara Rajab dan Ramadhan”, bahwa puasa Rajab adalah sunnah. Sebab jelas dari maksud hadits tersebut, bahwa kaum muslimin lalai untuk mengagungkan bulan Sya’ban dengan berpuasa, sebagaimana mereka mengagungkan Ramadhan dan Rajab dengan berpuasa.”(18)
Dari uraian di atas setidaknya kita memahami bahwa berpuasa di bulan Rajab merupakan sunnah yang dianjurkan para ulama, dan memiliki dalil-dalil yang kuat. Mereka yang bersikeras melarangnya sesungguhnya adalah orang yang belum mengetahui cara pengambilan dalil.
Betapa benarnya apa yang diucapkan Imam Izuddin Bin Abdus Salam mengenai mereka :
وَاَلَّذِي نَهَى عَنْ صَوْمِهِ جَاهِلٌ بِمَأْخَذِ أَحْكَامِ الشَّرْعِ وَكَيْف يَكُونُ مُنْهَيَا عَنْهُ مَعَ أَنَّ الْعُلَمَاءَ الَّذِينَ دَوَّنُوا الشَّرِيعَةَ لَمْ يَذْكُر أَحَدٌ مِنْهُمْ انْدِرَاجَهُ فِيمَا يُكْرَه صَوْمُهُ بَلْ يَكُونُ صَوْمُهُ قُرْبَةً إلَى اللَّهِ تَعَالَى لِمَا جَاءَ فِي الْأَحَادِيثِ الصَّحِيحَةِ مِنْ التَّرْغِيبِ فِي الصَّوْمِ
Mereka yang melarang puasa Rajab sesungguhnya adalah seorang yangbodoh tentang cara pengambilan hukum-hukum syara’. Bagaimana mungkin puasa Rajab dilarang, padahal para ulama yang membukukan syariat, tidak seorang pun dari mereka yang menyebutkan bulan Rajab dalam bulan yang makruh dipuasai. Bahkan berpuasa Rajab termasuk qurbah (ibadah sunnah yang dapat mendekatkan) kepada Allah, sebab telah datang hadits-hadits shahih yang menganjurkan berpuasa .....”(19)
Referensi
(1)الفتاوى الكبرى (2/ 478(
357 - 27 - وَسُئِلَ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى، عَمَّا وَرَدَ فِي ثَوَابِ صِيَامِ الثَّلَاثَةِ أَشْهُرٍ، وَمَا تَقُولُ فِي الِاعْتِكَافِ فِيهَا، وَالصَّمْتِ،هَلْ هُوَ مِنْ الْأَعْمَالِ الصَّالِحَاتِ؟ أَمْ لَا؟فَأَجَابَ: أَمَّا تَخْصِيصُ رَجَبٍ وَشَعْبَانَ جَمِيعًا بِالصَّوْمِ، أَوْ الِاعْتِكَافِ فَلَمْ يَرِدْ فِيهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْءٌ، وَلَا عَنْ أَصْحَابِهِ.وَلَا أَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ، بَلْ قَدْ ثَبَتَ فِي الصَّحِيحِ.}أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ إلَى شَعْبَانَ، وَلَمْ يَكُنْ يَصُومُ مِنْ السَّنَةِ أَكْثَرَ مِمَّا يَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ، مِنْ أَجْلِ شَهْرِ رَمَضَانَ{وَأَمَّا صَوْمُ رَجَبٍ بِخُصُوصِهِ، فَأَحَادِيثُهُ كُلُّهَا ضَعِيفَةٌ، بَلْ مَوْضُوعَةٌ، لَا يَعْتَمِدُ أَهْلُ الْعِلْمِ عَلَى شَيْءٍ مِنْهَا، وَلَيْسَتْ مِنْ الضَّعِيفِ الَّذِي يُرْوَى فِي الْفَضَائِلِ، بَلْ عَامَّتُهَا مِنْ الْمَوْضُوعَاتِ الْمَكْذُوبَاتِ، وَأَكْثَرُ مَا رُوِيَ فِي ذَلِكَ أَنَّ {النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إذَا دَخَلَ رَجَبُ يَقُولُ: اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ، وَشَعْبَانَ، وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ{".
(2)الفتاوى الهندية (حنفية)(5/ 239)
( الْمَرْغُوبَاتُ مِنْ الصِّيَامِ أَنْوَاعٌ ) أَوَّلُهَا صَوْمُ الْمُحَرَّمِ وَالثَّانِي صَوْمُ رَجَبٍ وَالثَّالِثُ صَوْمُ شَعْبَانَ وَصَوْمُ عَاشُورَاءَ ، وَهُوَ الْيَوْمُ الْعَاشِرُ مِنْ الْمُحَرَّمِ عِنْدَ عَامَّةِ الْعُلَمَاءِ وَالصَّحَابَةِ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُمْ كَذَا فِي الظَّهِيرِيَّةِ الْمَسْنُونُ أَنْ يَصُومَ عَاشُورَاءَ مَعَ التَّاسِعِ كَذَا فِي فَتْحِ الْقَدِيرِ .
شرح مختصر خليل للخرشي (مالكية) (6/ 493)
( ص ) وَالْمُحَرَّمِ وَرَجَبٍ وَشَعْبَانَ ( ش ) يَعْنِي : أَنَّهُ يُسْتَحَبُّ صَوْمُ شَهْرِ الْمُحَرَّمِ وَهُوَ أَوَّلُ الشُّهُورِ الْحُرُمِ ، وَرَجَبٍ وَهُوَ الشَّهْرُ الْفَرْدُ عَنْ الْأَشْهُرِ الْحُرُمِ ، ........( قَوْلُهُ : وَرَجَبٍ ) ، بَلْ يُنْدَبُ صَوْمُ بَقِيَّةِ الْحُرُمِ الْأَرْبَعَةِ وَأَفْضَلُهَا الْمُحَرَّمُ فَرَجَبٌ فَذُو الْقِعْدَةِ فَالْحِجَّةُ
تحفة المحتاج في شرح المنهاج (شافعية) (14/ 101)
( خَاتِمَةٌ ) أَفْضَلُ الشُّهُورِ لِلصَّوْمِ بَعْدَ رَمَضَانَ الْأَشْهُرُ الْحُرُمُ وَهِيَ ذُو الْقِعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبٌ وَأَفْضَلُهَا الْمُحَرَّمُ ثُمَّ رَجَبٌ خُرُوجًا مِنْ خِلَافِ مَنْ فَضَّلَهُ عَلَى الْأَشْهُرِ الْحُرُمِ ثُمَّ بَاقِيهَا وَظَاهِرُهُ الِاسْتِوَاءُ ثُمَّ شَعْبَانُ لِخَبَرِ { كَانَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ } وَخَبَرِ { كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إلَّا قَلِيلًا } ........ وَفِيهِ أَيْضًا رَوَى أَبُو دَاوُد وَغَيْرُهُ { صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ } وَإِنَّمَا أَمَرَ الْمُخَاطَبَ بِالتَّرْكِ ؛ لِأَنَّهُ كَانَ يَشُقُّ عَلَيْهِ إكْثَارُ الصَّوْمِ كَمَا جَاءَ التَّصْرِيحُ بِهِ فِي أَوَّلِ الْحَدِيثِ أَمَّا مَنْ لَا يَشُقُّ عَلَيْهِ فَصَوْمُ جَمِيعِهَا لَهُ فَضِيلَةٌ وَمِنْ ثَمَّ قَالَ الْجُرْجَانِيُّ وَغَيْرُهُ يُنْدَبُ صَوْمُ الْأَشْهُرِ الْحُرُمِ كُلِّهَا ا هـ
الفروع لابن مفلح (حنبلية) (5/ 98)
فَصْلٌ يُكْرَهُ إفْرَادُ رَجَبٍ بِالصَّوْمِ ( خ ) نَقَلَ حَنْبَلٌ : يُكْرَهُ ، وَرَوَاهُ عَنْ عُمَرَ وَابْنِهِ وَأَبِي بَكْرَةَ ، قَالَ أَحْمَدُ : يُرْوَى فِيهِ عَنْ عُمَرَ أَنَّهُ كَانَ يَضْرِبُ عَلَى صَوْمِهِ ، وَابْنُ عَبَّاسٍ قَالَ : يَصُومُهُ إلَّا يَوْمًا أَوْ أَيَّامًا ، وَعَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ { نَهَى عَنْ صِيَامِ رَجَبٍ } ، رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهْ وَأَبُو بَكْرٍ مِنْ أَصْحَابِنَا مِنْ رِوَايَةِ دَاوُد بْنِ عَطَاءٍ ، ضَعَّفَهُ أَحْمَدُ وَغَيْرُهُ ، وَلِأَنَّ فِيهِ إحْيَاءً لِشِعَارِ الْجَاهِلِيَّةِ بِتَعْظِيمِهِ ، وَلِهَذَا صَحَّ عَنْ عُمَرَ أَنَّهُ كَانَ يَضْرِبُ فِيهِ وَيَقُولُ : كُلُوا فَإِنَّمَا هُوَ شَهْرٌ كَانَتْ تُعَظِّمُهُ الْجَاهِلِيَّةُ .وَتَزُولُ الْكَرَاهَةُ بِالْفِطْرِ أَوْ بِصَوْمِ شَهْرٍ آخَرَ مِنْ السَّنَةِ ، قَالَ صَاحِبُ الْمُحَرَّرِ : وَإِنْ لَمْ يَلِهِ .
(3)سنن ابن ماجه (1/ 554)
1743 - حدثنا إبراهيم بن المنذر الحزامي . حدثنا داود بن عطاء . حدثني زيد بن عبد الحميد ابن عبد الرحمن بن زيد بن الخطاب عن سليمان عن أبيه عن ابن عباس : - أن النبي صلى الله عليه و سلم نهى عن صيام رجب في إسناده داود بن عطاء وهو ضعيف متفق على ضعفه .
(4)نيل الأوطار (4/ 621)
. وأما حديث ابن عباس عند ابن ماجه بلفظ ( أن النبي صلى الله عليه وآله وسلم نهى عن صيام رجب ) ففيه ضعيفان زيد بن عبد الحميد وداود بن عطاء
(5)صحيح مسلم (7/ 2)
2782 - حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ ح وَحَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِى حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ حَكِيمٍ الأَنْصَارِىُّ قَالَ سَأَلْتُ سَعِيدَ بْنَ جُبَيْرٍ عَنْ صَوْمِ رَجَبٍ - وَنَحْنُ يَوْمَئِذٍ فِى رَجَبٍ - فَقَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ - رضى الله عنهما - يَقُولُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ.وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ.
(6)المعجم الأوسط للطبراني (7/ 325)
حدثنا محمدبن المرزبان نا الحسن بن جبلة الشيرازي نا سعد (2) ابن الصلت عنالاعمش عن وبرة بن عبد الرحمن المسلي عن خرشة بن الحر قال رأيت عمربن الخطاب يضرب أكف الرجال في صوم رجب حتى يضعونها فيالطعام ويقول رجب وما رجب إنما رجب شهر كان يعظمه أهل الجاهليةفلما جاء الاسلام ترك
(7)مجمع الزوائد (3/ 191)
(باب في صيام رجب) عن خرشة بن الحر قال رأيت عمر بن الخطاب يضرب أكف الرجل في صوم رجب حتى يضعونها في الطعام ويقول رجب وما إنما رجب شهر كان يعظمه أهل الجاهلية فلما جاء الاسلام ترك.رواه الطبراني في الاوسط وفيه الحسن بن جبلة ولم أجد من ذكره ، وبقية رجاله ثقات.
(8)تهذيب الآثار للطبري (2/ 158)
فإن قال لنا قائل : فما وجه كراهة من كره صومه من أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم وغيرهم ؟ قيل : وجه كراهتهم ذلك نظير كراهة من كره صوم رجب ؛ إذ كان شهرا كانت الجاهلية تعظمه ، فكره من كره صومه أن يعظمه في الإسلام بصومه تعظيم أهل الجاهلية إياه في الشرك ، فأراد بإفطاره وضع منار الكفر ، وهدم أعلام الشرك . وكذلك عاشوراء ، كان - كما قد ذكرنا الخبر قبل عمن ذكرنا ذلك عنه - يوما يصومه أهل الشرك في الجاهلية ، فأراد بإفطاره والنهي عن صومه - من أفطره وكره صومه - إبطال ما أبطله الله تعالى بما شرع لعباده من فرض صوم شهر رمضان ، من سنة أهل الجاهلية في صومه ، ومن غير تحريم منه صومه على من صامه ، ولا موئسه من الثواب الذي وعد الله تعالى صائميه على لسان رسوله صلى الله عليه وسلم ، إذا صامه مبتغيا بصومه إياه استنجاز وعده ذلك ، لا مريدا به إحياء سنة أهل الشرك ، وكذلك ذلك في صوم رجب
(9)الفتاوى الكبرى (2/ 478(
فأجاب : أما تخصيص رجب وشعبان جميعا بالصوم أو الاعتكاف فلم يرد فيه عن النبي صلى الله عليه و سلم شيء ولا عن أصحابه ولا أئمة المسلمين بل قد ثبت في الصحيح أن رسول الله صلى الله عليه و سلم كان يصوم إلى شعبان ولم يكن يصوم من السنة أكثر مما يصوم من شعبان من أجل شهر رمضانوأما صوم رجب بخصوصه فأحاديثه كلها ضعيفة بل موضوعة لا يعتمد أهل العلم على شيء منها وليست من الضعيف الذي يروى في الفضائل بل عامتها من الموضوعات المكذوبات وأكثر ما روي في ذلك أن النبي صلى الله عليه و سلم كان إذا دخل رجب يقول : [ اللهم بارك لنا في رجب وشعبان وبلغنا رمضان[وقد روى ابن ماجه في سننه عن ابن عباس عن النبي صلى الله عليه و سلم أنه نهى عن صومرجب وفي إسناده نظر لكن صح أن عمر بن الخطاب كان يضرب أيدي الناس ليضعوا أيديهم في الطعام في رجب ويقول لا تشبهوه برمضانودخل أبو بكر فرأى أهله قد اشتروا كيزانا للماء واستعدوا للصوم فقال : ما هذا ؟ ! فقالوا : رجب فقال : أتريدون أن تشبهوه برمضان ؟ وكسر تلك الكيزان فمتى أفطر بعضا لم يكره صوم البعض
(10)الفتاوى الكبرى (2/ 478(
وفي المسند وغيره : حديث عن النبي صلى الله عليه و سلم أنه أمر بصوم الأشهر الحرم وهي : رجب وذو القعدة وذو الحجة والمحرم فهذا في صوم الأربعة جميعا لا من يخصص رجب
(11)شعب الإيمان للبيهقي (8/ 318)
3641 - أخبرنا أبو عبد الله الحافظ ، وأبو محمد بن أبي حامد المقرئ ، قالا : حدثنا أبو العباس هو الأصم ، حدثنا إبراهيم بن سليمان البرلسي ، حدثنا عبد الله بن يوسف ، حدثنا عامر بن شبل ، قال : سمعت أبا قلابة يقول : « في الجنة قصر لصوام رجب » . قال أحمد : « وإن كان موقوفا على أبي قلابة وهو من التابعين ، فمثله لا يقول ذلك إلا عن بلاغ عمن فوقه ممن يأتيه الوحي ، وبالله التوفيق »
(12)الفتاوى الفقهية الكبرى (3/ 294)
وَقَدْ تَقَرَّرَ أَنَّ الْحَدِيثَ الضَّعِيفَ وَالْمُرْسَلَ وَالْمُنْقَطِعَوَالْمُعْضِلَ ، وَالْمَوْقُوفَ يُعْمَلُ بِهَا فِي فَضَائِلِ الْأَعْمَالِ إجْمَاعًا وَلَا شَكَّ أَنَّ صَوْمَ رَجَبٍ مِنْ فَضَائِلِ الْأَعْمَالِ فَيُكْتَفَى فِيهِ بِالْأَحَادِيثِ الضَّعِيفَةِ وَنَحْوِهَا وَلَا يُنْكِرُ ذَلِكَ إلَّا جَاهِلٌ مَغْرُورٌ وَرَوَى الْأَزْدِيُّ فِي الضُّعَفَاءِ مِنْ حَدِيثِ السُّنَنِ { مَنْ صَامَ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ شَهْرٍ حَرَامٍ الْخَمِيسَ وَالْجُمُعَةَ وَالسَّبْتَ كَتَبَ اللَّهُ لَهُ عِبَادَةَ سَبْعِمِائَةِ عَامٍ } وَلِلْحَلِيمِيِّ فِي صَوْمِ رَجَب كَلَامٌ مُحْتَمَلٌ فَلَا تَغْتَرُّ بِهِ فَإِنَّ الْأَصْحَابَ عَلَى خِلَافِ مَا قَدْ يُوهِمهُ كَلَامُهُ .
(13)شرح النووي على مسلم (4/ 167)
1960 - قَوْله : ( سَأَلْت سَعِيدَ بْنَ جُبَيْرٍ عَنْ صَوْم رَجَب ، فَقَالَ : سَمِعْت اِبْن عَبَّاس يَقُول : كَانَ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُوم حَتَّى نَقُول : لَا يُفْطِرُ ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ : لَا يَصُومُ )الظَّاهِر أَنَّ مُرَاد سَعِيد بْن جُبَيْر بِهَذَا الِاسْتِدْلَال أَنَّهُ لَا نَهْيَ عَنْهُ ، وَلَا نَدْب فِيهِ لِعَيْنِهِ ، بَلْ لَهُ حُكْم بَاقِي الشُّهُور ، وَلَمْ يَثْبُت فِي صَوْم رَجَب نَهْيٌ وَلَا نَدْبٌ لِعَيْنِهِ ، وَلَكِنَّ أَصْلَ الصَّوْمِ مَنْدُوبٌ إِلَيْهِ ، وَفِي سُنَن أَبِي دَاوُدَ أَنَّ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَدَبَ إِلَى الصَّوْم مِنْ الْأَشْهُر الْحُرُم ، وَرَجَب أَحَدهَا . وَاَللَّهُ أَعْلَمُ .
فيض القدير (4/ 277)
(أبو محمد الخلال في فضائل رجب عن ابن عباس) حديث ضعيف جدا قال ابن الصلاح وغيره : لم يثبت في صوم رجب نهي ولا ندبوأصل الصوم مندوب في رجب وغيره وقال ابن رجب : لم يصح في فضل صوم رجب بخصوصه شئ عن النبي صلى الله عليه وسلم ولا عن أصحابه.
(14)المجموع (6/ 386)
(فرع) قال اصحابنا ومن الصوم المستحب صوم الاشهر الحرم وهي ذوالقعدة وذو الحجة والمحرم ورجب وافضلها المحرم قال الرويانى في البحر افضلها رجب وهذا غلط لحديث ابي هريرة الذى سنذكره ان شاء الله تعالى " افضل الصوم بعد مضان شهر الله المحرم " ومن المسنون صوم شعبان ومنه صوم الايام التسعة من اول ذى الحجة وجاءت في هذا كله احاديث كثيرة
(15)سنن أبى داود (7/ 258)
2430 - حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ سَعِيدٍ الْجُرَيْرِىِّ عَنْ أَبِى السَّلِيلِ عَنْ مُجِيبَةَ الْبَاهِلِيَّةِ عَنْ أَبِيهَا أَوْ عَمِّهَا أَنَّهُ أَتَى رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ انْطَلَقَ فَأَتَاهُ بَعْدَ سَنَةٍ وَقَدْ تَغَيَّرَتْ حَالَتُهُ وَهَيْئَتُهُ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَمَا تَعْرِفُنِى قَالَ « وَمَنْ أَنْتَ ». قَالَ أَنَا الْبَاهِلِىُّ الَّذِى جِئْتُكَ عَامَ الأَوَّلِ. قَالَ « فَمَا غَيَّرَكَ وَقَدْ كُنْتَ حَسَنَ الْهَيْئَةِ ». قَالَ مَا أَكَلْتُ طَعَامًا إِلاَّ بِلَيْلٍ مُنْذُ فَارَقْتُكَ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لِمَ عَذَّبْتَ نَفْسَكَ ». ثُمَّ قَالَ « صُمْ شَهْرَ الصَّبْرِ وَيَوْمًا مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ». قَالَ زِدْنِى فَإِنَّ بِى قُوَّةً. قَالَ « صُمْ يَوْمَيْنِ ». قَالَ زِدْنِى. قَالَ « صُمْ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ ». قَالَ زِدْنِى. قَالَ « صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ ». وَقَالَ بِأَصَابِعِهِ الثَّلاَثَةِ فَضَمَّهَا ثُمَّ أَرْسَلَهَا.
(16)المجموع (6/ 387)
قوله) صلي الله عليه وسلم صم من الحرم واترك انما امره بالترك لانه كان يشق عليه إكثار الصوم كما ذكره في اول الحديث (فأما) من لا يشق عليه فصوم جميعها فضيلة
(17)سنن النسائي (4/ 201)
2357 - أخبرنا عمرو بن علي عن عبد الرحمن قال حدثنا ثابت بن قيس أبو الغصن شيخ من أهل المدينة قال حدثني أبو سعيد المقبري قال حدثني أسامة بن زيد قال قلت : يا رسول الله لم أرك تصوم شهرا من الشهور ما تصوم من شعبان قال ذلك شهر يغفل الناس عنه بين رجب ورمضان وهو شهر ترفع فيه الأعمال إلى رب العالمين فأحب أن يرفع عملي وأنا صائم قال الشيخ الألباني : حسن
(18)نيل الأوطار (4/ 621)
( فائدة ) ظاهر قوله في حديث أسامة ( إن شعبان شهر يغفل عنه الناس بين رجب ورمضان ) أنه يستحب صوم رجب لأن الظاهر أن المراد أنهم يغفلون عن تعظيم شعبان بالصوم كما يعظمون رمضان ورجبا به
(19)الفتاوى الفقهية الكبرى (3/ 292)
هَذَا الْجَاهِلُ الْمَغْرُورُ أَنَّ هَذَا حَدِيثٌ بَاطِلٌ كَذِبٌ لَا تَحِلُّ رِوَايَتُهُ كَمَا ذَكَرُهُ الشَّيْخُ أَبُو عَمْرِو بْنِ الصَّلَاحِ وَنَاهِيكَ بِهِ حِفْظًا لِلسُّنَّةِ وَجَلَالَةً فِي الْعُلُومِ وَيُوَافِقهُ إفْتَاءُ الْعِزِّ بْنِ عَبْدِ السَّلَامِ فَإِنَّهُ سُئِلَ عَمَّا نُقِلَ عَنْ بَعْضِ الْمُحَدِّثِينَ مِنْ مَنْعِ صَوْمِ رَجَب وَتَعْظِيمِ حُرْمَتِهِ وَهَلْ يَصِحُّ نَذْرُ صَوْمِ جَمِيعِهِ فَقَالَ فِي جَوَابِهِ نَذْرُ صَوْمِهِ صَحِيحٌ لَازِمٌ يَتَقَرَّبُ إلَى اللَّهِ تَعَالَى بِمِثْلِهِ وَاَلَّذِي نَهَى عَنْ صَوْمِهِ جَاهِلٌ بِمَأْخَذِ أَحْكَامِ الشَّرْعِ وَكَيْف يَكُونُ مُنْهَيَا عَنْهُ مَعَ أَنَّ الْعُلَمَاءَ الَّذِينَ دَوَّنُوا الشَّرِيعَةَ لَمْ يَذْكُر أَحَدٌ مِنْهُمْ انْدِرَاجَهُ فِيمَا يُكْرَه صَوْمُهُ بَلْ يَكُونُ صَوْمُهُ قُرْبَةً إلَى اللَّهِ تَعَالَى لِمَا جَاءَ فِي الْأَحَادِيثِ الصَّحِيحَةِ مِنْ التَّرْغِيبِ فِي الصَّوْم .....
Post A Comment:
0 comments:
Posting Komentar