Sepertinya kini para misionaris semakin kreatif saja dalam
melancarkan misimisi kristenisasi di negeri ini. Beberapa waktu lalu
majalah ini menulis geliat mereka di tengah berkecamuknya bencana
Merapi. Berkedok bantuan kemanusiaan, mereka membaptis kaum muslimin
dengan imbalan sepotong roti. Fakta itu sungguh membuat hati kita merasa
miris. Dengan liciknya, mereka menghasut saudara-saudara kita yang
tengah kesusahan agar masuk ke perangkap mereka. Peristiwa itu bisa kita
jadikan sebagai pembelajaran agar ke depan tidak terulang kembali.
Upaya kristenisasi di anyuwangi yang baru-baru ini terjadi boleh
dibilang sebagai modus baru. Para penginjil mengirim seorang utusan
untuk menyusup ke tengah masyarakat muslim. Tak tanggung-tanggung,
utusan itu mereka masukkan ke sebuah pondok pesantren. Di pesantren ini,
si utusan berusaha merusak citra Islam dari dalam dan mengiming-iming
warga sekitar untuk menganut Kristen.Menyamar
Pesantren yang menjadi target kristenisasi ini adalah Sunniyah Salafiyah Miftahul Ulum, Laban Asem Kabat, Banyuwangi. Pada 23 Januari 2011 lalu, mereka menerima tamu seorang lelaki yang mengaku bernama Muhammad Yusuf yang diantar oleh seorang temannya. Dengan memakai logat Batak ia bertutur bahwa ia berasal dari Jakarta dan ingin mempelajari agama Islam. Ia juga mengaku menjadi muallaf karena ingin mendapatkan kebenaran yang selama ini ia dambakan. Dari Jakarta ia lari ke Lombok karena takut terhadap keluarganya yang tak merestuinya masuk Islam. Selama di Lombok ia dikhitan lalu pergi ke Bali untuk nyantri kepada seorang Ustad. Di tempat ini ternyata ia tak pernah diajari apa-apa, malah ia mengeluhkan laptopnya yang selalu dipinjam sang ustad untuk menyaksikan film-film dewasa. Ia juga mengaku mahasiswa Univesitas Negeri Jakarta. Dari KTP yang diserahkan kepada pengurus pesantren, diketahui bahwa nama aslinya adalah Hezkiel Fernandes, berasal dari Riau dan telah menganut agama Islam.
Setelah resmi menjadi santri, Hezkiel atau Yusuf memulai aksinya. Ia kerap masuk ke kampung-kampung yang ada di sekitar pesantren. Kepada warga ia bercerita bahwa sesungguhny ia adalah anak orang berduit. Ayahnya kaya raya dan menjadi donatur terbesar dalam misi kristenisasi. Konon, ayahnya telah membangun 500 rumah yang diperuntukkan orang-orang yang masuk Kristen.
Ibundanya adalah karyawan Badan Pertanahan Negara (BPN). Oleh kedua orang tuanya, ia disekolahkan di Taman Kanak- Kanak elit khusus Kristen yang uang masuk-nya saja senilai 40 juta rupiah. Ia pernah mengikuti Olimpiade Matematika di Athena dan menjadi juara pertama. Peserta lainnya mengerjakan soal dalam waktu 5 menit, sementara ia menyelesaikan dalam durasi 2 menit saja. Begitulah ceritanya kepada warga kampung.
Hezkiel sungguh pandai berbicara. Kendati omongannya tergolong sangat muluk,namun ia berhasil membuat warga terkagum-kagum kepadanya. Yang unik, setiap kali bercerita ia selalu menyelipkan kalimat yang bernada hasutan, “jika kamu masuk Kristen maka hidupmu akan berubah!” Ia selalu mengulang-ulang kalimat itu.
Sejauh itu pengurus pesantren belum mengendus gelagat Hezkiel. Bahkan karena kalihaiannya berbahasa Inggris, ia kemudian didaulat oleh pengurus untuk mengajar Bahasa Inggris kepada para santri. Ia juga diminta memberikan les matematika kepada santri yang mau mengikuti Ebtanas.
Berkat kepiawaian bergaul itu, maka Hezkiel diterima oleh masyarakat setempat. Tiap malam ia diajak makan di rumah warga secara bergantian. Ia begitu membumi dengan warga, dan jelas terlihat bahwa ia memang terlatih untuk misi itu. Ia menyantap segala suguhan yang dihidangkan warga kepadanya dan selalu memujinya. Ketika para santri berenang di sungai, si Hezkiel pun tak canggung berbaur dengan mereka. Pendek kata, ia berhasil mencuri hati mereka.
Sementara itu tampaknya hanya segelintir orang yang menaruh curiga terhadapnya. Di antaranya adalah Fathur Rozi dan Sayid Faqih Bilfaqih. Kedua santri itu kebetulan sekamar dengan Hezkiel di pesantren. Mereka curiga karena setiap kali telpon, Hezkiel senantiasa menyendiri di sungai. Setiap kali mendapat SMS, ia langsung menghapus setelah membacanya. Kecurigaan juga tumbuh karena di laptop Hezkiel tak ada foto keluarganya sama sekali.
Belakangan ternyata diketahui bahwa handphone dan laptop Hezkiel penuh dengan video-video porno. Ia sering meminjamkan laptopnya itu kepada anak-anak sembari berkata kepada mereka bahwa video-video tersebut adalah milik ustadnya di Bali. Dari sini tercium gelagat bahwa Hezkiel berupaya merusak citra Islam dan menarik simpati anak-anak kepadanya. Pernah juga Fathur Rozi dan Faqih mendapati Hezkiel membawa injil. Ketika ditanyai perihal injil itu, Hezkiel berkilah bahwa ia memang sengaja membawanya sebagai perbandingan.
Ketahuan
Suatu kali, pada telepon genggam Hezkiel terlihat pesan pendek yang sempat dibaca oleh Fathurrozi. Dalam pesan pendek itu termuat singkatan GBU. Karena penasaran Fathurrozi bertanya kepada Hezkiel mengenai kepanjangan GBU. Hezkiel tak mau berterus terang, ia hanya menjelaskan bahwa singkatan itu hanyalah doa bahwa ia akan mendapatkan keberkahan tuhan. Dalam tradisi Kristen, GBU adalah kepanjangan “Gos Bless You” yang berarti “semoga tuhan memberkatimu.” Kecurigaan semakin besar tatkala Hezkiel diajak mengikuti haul Syekh Abu Bakar bin Salim di kelurahan Mandar yang dihadiri Habib Munzir al-Musawa. Ia kelihatan sangat resah di tengah acara itu. Kitab Maulid Dhiyaulami’ yang diberikan padanya hanya ia buka sebentar. Ia selalu menoleh ke kanan-kiri seolah ingin segera beranjak dari majelis itu.
Akhirnya, para pengurus sepakat hendak membongkar kedok Hezkiel. Ia dipancing untuk mengikuti jamuan makan malam di rumah salah seorang warga. Pada saat Hezkiel berada di rumah warga, pengurus pesantren menggeledah kamarnya. Mereka mendapati telepon genggam dan laptop Hezkiel yang penuh dengan video porno. Di tas laptonya, terdapat buku injil yang selama ini setia menemani Hezkiel. Sementara itu, di telepon genggam miliknya terdapat pesan pendek dari Nyoman dengan nomor 08123806336 yang belum sempat dihapus. Pesan ini berbunyi: “Shalom dik, sy harp tetap tenang, TUHAN YESUS Juruselamat kita, pembeladn pelindung kita, tetaplh berdoa, TUHAN pasti menyelmtkn dari prsoalnmu, sbab kalo hezkiel mengalami ini karma DIA, DIA menolongmu, nmun penyamarnmu tetap hrs bijak, sy setuju,jk hezki mrsa tdk aman di sini, lari saja k dpsr GBU..” (Pesan pendek kami muat sesuai tulisan aslinya, red)
Selasa Pagi, 01 Februari 2011, para pengurus pesantren melaporkan Hezkiel kepada kepolisian setempat. Ia pun langsung digelandang ke kantor polsek. Pada sore hari ia masih terlihat di kantor Polsek, akan tetapi pada malam harinya ia sudah menghilang entah kemana.
Patut diwapadai, ia adalah mata-mata yang ditugasi memantau dan mempelajari kehidupan pesantren di tanah air. Ia menyendiri di sungai dekat pesantren itu guna memberikan laporan kepada lembaganya via telepon genggam. Penyebaran video-video mesum yang ia akui sebagai kepunyaan ustadnya di Bali kepada anak-anak kampung bertujuan menanamkan stigma negatif terhadap para guru ngaji. Ucapannya bahwa dengan menjadi Kristen seorang akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik, jelas merupakan hasutan yang diharapkan bisa menarik satu-dua orang warga.
Aksi-aksi seperti yang dilakukan Hezkiel ini lumrah saja dalam misi kristenisasi. Paulus pernah menyatakan dalam Bible, “Berdusta bukanlah suatu dosa apabila dilakukan untuk memuliakan tuhan, tetapi jika kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaannya mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang-orang yang berdosa.” (Roma 3 : 7). Sementara itu Matius (10 : 16) menambahkan,”Lihat Aku mengutus kamu seperti domba ketengah-tengah srigala. Karena itu hendaklah kalian cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.’’
Penyusupan seperti di Banyuwangi pernah pula terjadi di Bandung. Waktu itu ada seorang pendeta yang telah lama mendalami Islam masuk ke masjid-masjid dan mempengaruhi para pemuda masjid untuk saling silang pendapat mengenai masalah ubudiah. Usahanya itu mengakibatkan terpecahnya persatuan di tengah jamaah di masjid. Mereka termakan oleh adu domba si pendeta yang memang berilmu lumayan mumpuni. Namun pada akhirnya siasat penyusup itu terendus juga oleh jamaah dan ia pun angkat kaki dari daerah itu.
Lebih ironis lagi upaya kristinesasi pada tanggal 23 Juni 2010 dengan kedok bimbingan belajar matematika dan bahasa Inggris di Perumahan Kemang Regency, tepatnya di jalan Komala 2 Blok L No. 14 F Jakarta. Pemilik Pusat Bimbingan Belajar ini adalah Hendri Leonardi Sutanto sebagai Ketua Yayasan Mahanaim. Di tempat itu berlangsung pembaptisan massal dengan mendatangkan 14 buah minibus dari daerah Senen, Tanah Tinggi, Koja. Sebanyak 420 orang, mulai dari anak-anak, ibu-ibu, bapak-bapak sampai nenek-nenek berkumpul di tempat itu. Banyak diantara wanita-wanita yang datang memakai jilbab. Ketika ditanyai oleh seorang ustad yang mendatangi tempat itu tentang tujuan kedatangan mereka, mereka menjawab bahwa mereka diajak rekreasi, berenang dan diiming-imingi sesuatu secara gratis.
Ada juga yang menjawab tidak tahu. Sementara itu, koordinator pembaptisan bernama Andreas Dusli Sanau mengatakan bahwa acara ini adalah bimbingan belajar matematika dan bahasa Inggris. Sungguh janggal dan lucu. Untuk apa ibu-ibu, anak-anak kecil, bahkan nenek-nenek belajar matematika dan bahasa Inggris?
Beruntung bahwa aksi Hezkiel di Banyuwangi segera terbongkar, dan beruntung pula warga pesantren tidak tersulut amarah hingga menghakiminya. Namun kejadian di atas membuka mata kita bahwa usaha kristenisasi di negeri ini tak pernah berhenti. Para penginjil selalu mengamati kondisi kita, dan tatkala mereka melihat kita lengah dan lalai, mereka langsung melancarkan aksi. Toleransi, kerukunan antar umat beragama dan pluralisme sesungguhnya hanyalah ucapan-ucapan manis yang mereka tawarkan lewat media. Di balik semua itu, mereka selalu berusaha merongrong Islam dari segala penjuru. Baiknya kita selalu mengingat wanti-wanti Allah SWT di dalam salah satu firman-Nya yang berbunyi, “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu sampai kamu mengikuti agama mereka.” …! CN
sumber: http://www.sunniyahsalafiyah.net
Post A Comment: