Halaman

Cari

ADAB MALAM PERTAMA BAGI PENGANTIN BARU

Share it:

PERTANYAAN :

Ustadz mohon petunjuknya saya mau nikah bagaimana adab-adab malam pertama ? dari Hamba Allah.

JAWABAN :

Diantara adab-adab berbulan madu atau malam pertama yang disebutkan oleh syaikh al-Albani didalam kitab adabuz zifaf adalah diantaranya :

1. Memegang Ubun-ubun Isteri dan Berdo’a Untuknya :

Dianjurkan kepada seorang suami untuk meletakkan tangannya di ubun-ubun isterinya ketika pertama kali mendekatinya, seraya berdoa kepada Allah Ta’ala dengan membaca;

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِهَا وَخَيْرِ مَا جَبَلْتَ عَلَيْهِ. وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا جَبَلْتَ عَلَيْهِ

“Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dari kebaikannya dan kebaikan yang Engkau ciptakan kepadanya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya dan keburukan yang Engkau ciptakan kepadanya.” (HR Abu Dawud : 2160)

2. Shalat Dua Raka’at :

Dianjurkan bagi seorang suami untuk mengerjakan shalat bersama isterinya setelah aqad nikah, sebelum jima’. Hal ini berdasarkan riwayat dari Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu, mantan budak Abu Usaid, ia berkata;

تَزَوَّجْتُ وَأَنَا مَمْلُوْكٌ، فَدَعَوْتُ نَفَرًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْهِمْ اِبْنُ مَسْعُوْدٍ وَأَبْوْ ذَرٍّ وَحُذَيْفَةُ، قَالَ: وَأُقِيْمَتِ الصَّلَاةُ، قَالَ : فَذَهَبَ أَبُوْ ذَرٍّ لِيَتَقَدَّمَ، فَقَالُوْا : إِلَيْكَ! قَالَ : أَوْ كَذَلِكَ؟ قَالُوْا : نَعَمْ، قَالَ : فَتَقَدَّمْتُ بِهِمْ وَأَنَا عَبْدٌ مَمْلُوْكٌ، وَعَلِّمُوْنِيْ فَقَالُوْا : إِذَا دَخَلَ عَلَيْكَ أَهْلُكَ فَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ سَلِ اللَّهَ مِنْ خَيْرِ مَا دَخَلَ عَلَيْكَ، وَتَعَوَّذْ بِهِ مِنْ شَرِّهِ، ثُمَّ شَأْنُكَ وَشَأْنُ أَهْلِكَ.

”Aku baru saja menikah dan saat itu aku berstatus sebagai seorang budak. Kemudian aku mengundang beberapa sahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam , diantaranya Ibnu Mas’ud, Abu Dzar, dan Hudzaifah o. Dan iqamahpun dikumandangkan. Lalu Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu  bersiap untuk maju kedepan (menjadi imam). Namun para sahabat berkata kepadaku, ”Majulah engkau (untuk menjadi imam). Aku bertanya, ”Begitukah?” Mereka menjawab, ”Ya, benar.” Akhirnya aku maju mengimami mereka, padahal aku seorang budak. Selanjutnya mereka mengajari aku dan berkata, ”Apabila engkau hendak berjima’ dengan isterimu, hendaklah engkau mengerjakan shalat dua raka’at. Kemudian mintalah kepada Allah kebaikan dari apa yang masuk padamu, dan berlingdunglah kepadaNya dari kejahatannya. Setelah itu urusan terserah engkau dan isterimu.” (HR Ibnu Abi Syaibah dishahihkan oleh syaikh al-Albani rahimahullah)

3. Berdoa Ketika Jima’

Dianjurkan kepada seorang suami ketika akan jima’ dengan isterinya agar mengucapkan doa;

بِسْمِ اللَّهِ. اَللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا

“Dengan Nama Allah, Ya Allah jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari (anak) yang Engkau anugerahkan pada kami.”
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam  bersabda;

فَإِنَّهُ إِنْ يُقَدَّرْ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ فِي ذَلِكَ, لَمْ يَضُرَّهُ الشَّيْطَانُ أَبَدًا.

“Maka jika ditakdirkan (dari hubungan) keduanya itu menghasilkan anak, setan tidak akan membahayakan anak tersebut selamanya.”  (HR Bukhari dan Muslim)

4. Cara Jima’

Seorang suami diperbolehkan menyetubuhi isterinya dengan cara apapun asalkan pada lubang kemaluannya. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala ;

نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ لَكُمْ فَأْتُوْا حَرْثَكُمْ أَنَّى شِئْتُمْ

“Isteri-isteri kalian adalah (seperti) tanah tempat kalian bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanam kalian itu bagaimana saja kalian kehendaki.”  (QS Al-Baqarah : 223)

5. Diperbolehkan Menanggalkan Pakaian Ketika Jima’

Diperbolehkan bagi suami-isteri untuk menanggalkan seluruh pakaian mereka ketika jima’, karena hadits yang melarang hal tersebut adalah hadits yang Dha’if, yang tidak dapat dijadikan sebagai hujjah. Hadits tersebut berbunyi;

إِذَا أَتَى أَحَدُكُمْ أَهْلَهُ فَلْيَسْتَتِرُ وَلَا يَتَجَرَّدَ تَجَرُّدَ الْعِيْرَيْنِ.

“Apabila salah seorang di antara kalian mendatangi isterinya, maka hendaklah
ia mengenakan (pakaian) penutup. Dan janganlah ia telanjang (seperti) telanjangnya dua unta.”  (HR Ibnu Majah : 1921 Hadits ini di lemahkan oleh syaikh Al-Albani rahimahullah)

6. Haram Menyetubuhi Isteri Pada Duburnya

Diharamkan bagi seorang suami untuk menyetubuhi isteri pada duburnya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam  bersabda;

مَنْ أَتَى حَائِضًا أَوِ امْرَأَةً فِيْ دُبُرِهَا أَوْ كَاهِنًا فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Barangsiapa yang menggauli isterinya dalam keadaan haidh atau pada duburnya atau mendatangi dukun, maka ia telah kafir terhadap apa yang telah diturunkan kepada Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam  (Al-Qur’an).” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)

7. Haram Menyetubuhi Isteri Ketika Haidh

Diharamkan menyetubuhi isteri kertika haidh. Sebagaimana firman Allah Ta’ala ;
فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيْضِ
“Hendaklah kalian menjauhkan diri (kalian) dari wanita diwaktu haidh.”  (QS Al-Baqarah : 222)

Namun seorang suami diperbolehkan bersenang-senang dengan istrinya yang sedang haidh, tetapi dari atas kain. Diriwayatkan dari Maimunah radhiyallahu ‘anha  ia berkata;

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُبَاشِرُ نِسَاءَهُ فَوْقَ الْإِزَارِ وَهُنَّ حُيَّضٌ

”Rasululah shalallahu ‘alaihi wasallam bersenang dengan isteri-isterinya dari atas kain, sementara mereka sedang haidh.” (HR Muslim)

8. Kaffarah Jika Menyetubuhi Isteri yang Sedang Haidh

Seorang suami yang menyetubuhi isterinya ketika haidh, maka harus membayar kaffarat kepada fakir miskin, 1(satu) dinar jika ia melakukannya pada permulaan keluarnya darah, atau setengah dinar jika ia melakukannya pada akhir keluarnya darah. Kafarah tersebut dikenakan bagi suami dan isteri. 1(satu) dinar sama dengan 4,25 gram emas. Hal ini berdasarkan hadits dari Ibnu Abbas p dari Nabi n bahwa beliau pernah bersabda tentang laki-laki yang menggauli istrinya ketika sedang haidh;

يَتَصَدَّقُ بِدِيْنَارٍ أَوْ بِنِصْفِ دِيْنَارٍ

”Dia harus bersedekah sebanyak 1(satu) atau setengah dinar.” (HR Abu Dawud)

Juga berdasarkan riwayat dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma secara mauquf ( tidak sampai kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam). Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma  berkata;

إِذَا أَصَابَهَا فِيْ أَوَّلِ الدَّمِ فَدِيْنَارٌ؛ وَإِذَا أَصَابَهَا فِي انْقَطَاعِ الدَّمِ فَنِصْفُ دِيْنَارٍ.

“Jika ia melakukannya pada permulaan keluarnya darah, maka ia harus bersedekah 1(satu) dinar. Dan jika ia melakukannya pada akhir keluarnya darah, maka setengah dinar.”  (HR Abu Dawud)

9. Berwudhu Ketika Hendak Mengulangi Jima’

Disunnahkan untuk berwudhu ketika hendak mengulangi jima’. Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri y ia berkata, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda;

إِذَا أَتَى أَحَدُكُمْ أَهْلَهُ ثُمَّ أَرَادَ أَنْ يَعُوْدَ فَلْيَتَوَضَّأْ

”Apabila seseorang di antara kalian mendatangi istrinya (jima’) kemudian ingin mengulanginya, maka hendaklah ia berwudhu.”  (HR Muslim)

10. Berwudhu Setelah Jima’ Ketika Hendak Makan, Minum, atau Tidur
Apabila setelah jima’ suami isteri hendak makan, minum, atau tidur, maka disunnahkan untuk berwudhu terlebih dahulu. Diriwayatkan dari ’Aisyah i, beliau berkata;

كَانَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ جُنُبًا فَأَرَادَ أَنْ يَأْكُلَ أَوْ يَنَامَ تَوَضَّأَ وُضُوْءَهُ لِلصَّلَاةِ.

”Ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam  dalam keadaan junub dan beliau hendak makan atau tidur, maka beliau berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat.”  (HR Bukhari dan Muslim)

11. Mandi Junub Setelah Jima’

Setelah suami isteri melakukan jima’ , maka keduanya wajib mandi junub, walaupun tidak keluar air mani. Hal ini sebagaimana hadits Abu Hurairah dari Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda;

إِذَا جَلَسَ بَيْنَ شُعَبِهَا الْأَرْبَعِ ثُمَّ جَهَدَهَا فَقَدْ وَجَبَ الْغُسْلُ وَإِنْ لَمْ يُنْزِلْ

“Jika seorang (suami) telah duduk diantara keempat cabang (isterinya), kemudian ia membuat kepayahan (menggaulinya), maka wajiblah mandi meskipun tidak keluar (air mani).” (HR Bukhari dan Muslim)

Diperbolehkan seorang beberapa kali jima’ cukup dengan sekali mandi. Hal ini berdasarkan hadits dari Anas radhiyallahu ‘anhu;

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَطُوْفُ عَلَى نِسَائِهِ بِغُسْلٍ وَاحِدٍ

”Sesungguhnya Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam  mengelilingi istri-istrinya (menggilirnya dengan menyetubuhinya) dengan sekali mandi.” (HR Muslim)

12. Suami-Isteri Mandi Bersama

Suami-isteri diperbolehkan mandi bersama dari satu wadah, meskipun masing-masing melihat aurat yang lain. Sebagaimana diriwayatkan dari ’Aisyah radhiyallahu ‘anha ia berkata;

كُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ إِنَاءٍ وَاحِدٍ مِنْ جَنَابَةٍ

”Aku pernah mandi bersama Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam  dari satu wadah karena janabat.”  (HR Bukhari dan Muslim)

13. Tayammum Sebagai Ganti Mandi

Apabila seorang yang junub tidak mendapatkan air atau tidak bisa menggunakan air (misal; karena sakit), maka diperbolehkan untuk melakukan tayammum sebagai ganti mandi junub. Hal ini sebagaimana telah dikisahkan oleh ‘Ammar bin Yassir ia berkata;

بَعَثَنِيْ أَنَا وَأَنْتَ فَأَجْنَبْتُ فَتَمَعَّكْتُ بِالصَّعِيْدِ فَأَتَيْنَا رَسُوْلُ اللَّهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرْنَاهُ فَقَالَ إِنَّمَا كَانَ يَكْفِيْكَ هَكَذَا وَمَسَحَ وَجْهَهُ وَكَفَّيْهِ وَاحِدَةً.

“Nabi a telah mengutusku dan engkau (‘Umar) lalu aku junub, maka aku menggosokkan (tubuhku) dengan tanah. Kemudian kita mendatangi Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam  dan menceritakan hal itu padanya, maka beliau bersabda, “Sesungguhnya engkau cukup begini (tayammum).” Beliau mengusap wajah dan kedua telapak tangannya dengan sekali usapan.”  (HR Bukhari dan Muslim)

14. Diharamkan Membuka Rahasia Ranjang

Diharamkan bagi suami isteri untuk membuka rahasia ranjang mereka kepada orang lain. Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam  bersabda;

إِنَّ مِنْ أَشَرِّ النَّاسِ عِنْدَ اللَّهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ الرَّجُلُ يُفْضِيْ إِلَى امْرَأَتِهِ وَتُفْضِيْ إِلَيْهِ ثُمَّ يَنْشُرُ سِرَّهَا.

“Sesungguhnya termasuk orang yang paling jelek kedudukannya disisi Allah pada hari kiamat ialah seorang yang bersetubuh dengan istrinya, kemudian ia membuka rahasianya.”  (HR Muslim)

Demikianlah semoga bermanfaat, dan selamat menggapai keluarga yang sakinah, mawadah, dan rahmah . Wallahu a’lam

Share it:

tanya-jawab

Post A Comment:

0 comments: