Tulisan ini di copas dari postingan di fb ber akun : Abu Rumaisha
Bergembira atas kelahiran Nabi atau bersuka ria atas kematian Nabi
Amalan yang tidak ada contoh sebelumnya itu jika diibaratkan dengan sebuah bangunan, dalam mendirikan bangunan tersebut kontraktornya tidak memiliki IMB (Izin Mendirikan Bangunan), yang mana sewaktu-waktu bangunan tersebut bisa dibongkar paksa oleh SATPOL PP, atau paling tidak disetop sementara pembangunannya sampai ada/terbit surat IMB-nya.
Dalam beribadah, sudah menjadi tradisi para bid'ah lover's dalam setiap mengerjakan ibadah, mereka tidak terlalu mementingkan dalil, yang penting beramal, pokoknya dalilnya apa kata kyai, bukan menurut Al Qur'an dan Sunnah dan praktek para shahabat radhiallahu 'anhu.
Seperti halnya perayaan B'Day Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, banyak dalih yang mereka utarakan, namun dalilnya cok gali cok, diantaranya ketika Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya tentang puasa pada hari senin, maka beliau menjawab "Itu adalah hari saya dilahirkan dan hari diturunkannya (wahyu) kepada-ku", dalil tersebutlah yang dijadikan para bid'ah mania untuk mengadakan perayaan B'Day Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Padahal dalil diatas tidak menunjukkan beliau sedang merayakan/memperingati hari kelahiran beliau, itulah akibatnya kalau membaca hadits sepotong-sepotong, karena ada hadits lain yang menunjukkan beliau tidak berpuasa pada hari senin saja, akan tetapi beliau juga berpuasa pada hari kamis, sebagaimana hadits yang dibawakan oleh Abu Hurairah radhiallahu 'anhu; "Amalan-amalan disodorkan setiap hari senin dan kamis, maka saya senang jika amalan saya disodorkan sedang saya dalam keadaan berpuasa." (HR. Tirmidzy no. 747)
Taruhlah kalau memang benar dalih diatas memang tepat sasaran, lalu kenapa mereka tidak berpuasa setiap pekan (senin) sebagai bentuk ittiba' mereka terhadap Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, kenapa juga dirayakannya setiap setahun sekali, itupun perayaannya tidak dilakukan secara serentak.
Untuk mempertegas dalih perayaan maulid, sampai-sampai dongeng sebelum tidur pun mereka bawakan, yakni kisah Abu Lahab laknatullah yang diringankan siksanya setiap malam senin hanya karena Abu Lahab bergembira atas kelahiran Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dimalam tersebut.
Anggaplah kalau seorang Abu Lahab bergembira atas kelahiran Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, namun ketahuilah kegembiraan tersebut karena tabiat manusia yang senang atas kelahiran seorang bayi, apalagi yang lahir tersebut adalah keponakannya sendiri. Seandainya seorang Abu Lahab mengetahui bayi yang lahir tersebut setelah besarnya bakal jadi musuh bagi agama nenek moyangnya, tentunya dia akan membunuh ponakannya tersebut.
Maka sunnguh aneh kalau mereka berdalih ikut bergembira atas kelahiran Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, pertanyaannya; 'Memangnya orang yang merayakan perayaan B'Day Nabi tersebut sezaman dengan Abu Jahal laknatullah', bukankah idealnya yang merayakan dan orang yang dirayakan atas hari kelahiran tersebut sama-sama masih hidup (sezaman). Kalau begitu perayaan yang banyak dilakukan sebagian umat islam di bulan Rabi'ul Awwal ini bersuka cita atas lahirnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam atau bergembira atas wafatnya Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Fakta menunjukkan para ahli sejarah berbeda pendapat atas tanggal kelahiran Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam, namun mereka bersepakat bahwa wafatnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tanggal 12 Rabi'ul Awwal. Maka sudah jelas perayaan yang ada sekarang ini bergembira atas wafatnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Itulah akibatnya kalau beribadah tanpa dilandasi dengan ilmu, ingin membuktikan rasa cinta kepada Nabi, ternyata malah sebaliknya meluapkan kegembiraan atas kematian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebenarnya yang mencetus ajaran bid'ah maulid adalah kelompok Bathiniyah, mereka menamakan diri sebagai Bani Fatimiyah (sekte syi'ah laknatullah) yang mengaku sebagai keturunan ahli bait. Maka pantaskah kita ikut melestarikan syi'ar orang-orang yang memusuhi keluarga dan shahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Jika cintamu jujur tentu engkau akan mentaatinya...
Karena orang yang mencintai akan taat kepada orang yang dia cintai...
JAWABAN UNTUK TULISAN WAHABI SALAFI DI TAUTAN/ LINK YANG SAYA BAGIKAN INI :
ADA 2 PERMASALAHAN :
1. Mengenai pernyataan penulis :
Bergembira atas kelahiran Nabi atau bersuka ria atas kematian Nabi
Fakta menunjukkan para ahli sejarah berbeda pendapat atas tanggal kelahiran Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam, namun mereka bersepakat bahwa wafatnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tanggal 12 Rabi'ul Awwal. Maka sudah jelas perayaan yang ada sekarang ini bergembira atas wafatnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Itulah akibatnya kalau beribadah tanpa dilandasi dengan ilmu, ingin membuktikan rasa cinta kepada Nabi, ternyata malah sebaliknya meluapkan kegembiraan atas kematian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
JAWABAN :
Jika timbul pertanyaan, perayaan maulid yang datangnya pada bulan Robi'ul Awwal, juga bertepatan dengan bulan wafat Rasulullah SAW, mengapa tidak ada luapan kesedihan atas wafatnya beliau?
الحاوي للفتاوي ـ للسيوطى - (ج 1 / ص 185)
أن ولادته صلى الله عليه وسلّم أعظم النعم علينا ووفاته أعظم المصائب لنا ، والشريعة حثت على إظهار شكر النعم والصبر والسكون والكتم عند المصائب ، وقد أثر الشرع بالعقيقة عند الولادة وهي إظهار شكر وفرح بالمولود ولم يأمر عند الموت بذبح ولا بغيره بل نهى عن النياحة وإظهار الجزع ، فدلت قواعد الشريعة على أنه يحسن في هذا الشهر إظهار الفرح بولادته صلى الله عليه وسلّم دون إظهار الحزن فيه بوفاته
: "Sesungguhnya Kelahiran Nabi SAW adalah kenikmatan terbesar untuk kita, sementara wafatnya beliau adalah musibah terbesar atas kita. Sedangkan syariat memerintahkan kita untuk menampakkan rasa syukur atas nikmat dan bersabar serta diam dan merahasiakan atas cobaan yang menimpa. Terbukti agama memerintahkan untuk menyembelih kambing sebagai 'aqiqoh pada saat kelahiran anak, dan tidak memerintahkan menyembelih hewan pada saat kematian, maka kaidah syariat menunjukkan bahwa yang baik pada bulan ini adalah menampakkan kegembiraan atas kelahiran Rasulullah SAW bukan menampakkan kesusahan atas musibah yang menimpa".
(Kitab Al Hawiy lil Fatawa Karya Al Imam As Suyuthi)
2. Mengenai tulisan pada gambar yg di posting oleh penulis :
Maaf ya, saya gak mauludan. 4 Kholifah gak merayakan Maulid Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Nah saya lagi menggenggam teladan 4 khalifah itu aja koq.
JAWABAN :
Maaf Nabi Saw dan 4 Khalifah TIDAK MEMAKAI MUSHAF AL QURAN yang ada HARAKAT dan TITIKNYA !!!
Silahkan di genggam teladan 4 Khalifah !!!
Perhatikan kaidah At Tarku Laa Yantiju Hukman (Perkara yang tidak dilakukan itu tidak berimplikasi pada suatu hukum), maka tidak boleh sembrono mengatakan bahwa apa yang tidak dilakukan oleh Nabi SAW dan para Sahabat beliau maka tidak boleh pula dilakukan.... !! Ini Kesimpulan yang JAHIL tidak dilandaskan pada kaidah yang benar... !!!
SEMOGA BERMANFAAT......... !!!
Wallahu A'lam..............
Bergembira atas kelahiran Nabi atau bersuka ria atas kematian Nabi
Amalan yang tidak ada contoh sebelumnya itu jika diibaratkan dengan sebuah bangunan, dalam mendirikan bangunan tersebut kontraktornya tidak memiliki IMB (Izin Mendirikan Bangunan), yang mana sewaktu-waktu bangunan tersebut bisa dibongkar paksa oleh SATPOL PP, atau paling tidak disetop sementara pembangunannya sampai ada/terbit surat IMB-nya.
Dalam beribadah, sudah menjadi tradisi para bid'ah lover's dalam setiap mengerjakan ibadah, mereka tidak terlalu mementingkan dalil, yang penting beramal, pokoknya dalilnya apa kata kyai, bukan menurut Al Qur'an dan Sunnah dan praktek para shahabat radhiallahu 'anhu.
Seperti halnya perayaan B'Day Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, banyak dalih yang mereka utarakan, namun dalilnya cok gali cok, diantaranya ketika Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya tentang puasa pada hari senin, maka beliau menjawab "Itu adalah hari saya dilahirkan dan hari diturunkannya (wahyu) kepada-ku", dalil tersebutlah yang dijadikan para bid'ah mania untuk mengadakan perayaan B'Day Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Padahal dalil diatas tidak menunjukkan beliau sedang merayakan/memperingati hari kelahiran beliau, itulah akibatnya kalau membaca hadits sepotong-sepotong, karena ada hadits lain yang menunjukkan beliau tidak berpuasa pada hari senin saja, akan tetapi beliau juga berpuasa pada hari kamis, sebagaimana hadits yang dibawakan oleh Abu Hurairah radhiallahu 'anhu; "Amalan-amalan disodorkan setiap hari senin dan kamis, maka saya senang jika amalan saya disodorkan sedang saya dalam keadaan berpuasa." (HR. Tirmidzy no. 747)
Taruhlah kalau memang benar dalih diatas memang tepat sasaran, lalu kenapa mereka tidak berpuasa setiap pekan (senin) sebagai bentuk ittiba' mereka terhadap Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, kenapa juga dirayakannya setiap setahun sekali, itupun perayaannya tidak dilakukan secara serentak.
Untuk mempertegas dalih perayaan maulid, sampai-sampai dongeng sebelum tidur pun mereka bawakan, yakni kisah Abu Lahab laknatullah yang diringankan siksanya setiap malam senin hanya karena Abu Lahab bergembira atas kelahiran Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dimalam tersebut.
Anggaplah kalau seorang Abu Lahab bergembira atas kelahiran Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, namun ketahuilah kegembiraan tersebut karena tabiat manusia yang senang atas kelahiran seorang bayi, apalagi yang lahir tersebut adalah keponakannya sendiri. Seandainya seorang Abu Lahab mengetahui bayi yang lahir tersebut setelah besarnya bakal jadi musuh bagi agama nenek moyangnya, tentunya dia akan membunuh ponakannya tersebut.
Maka sunnguh aneh kalau mereka berdalih ikut bergembira atas kelahiran Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, pertanyaannya; 'Memangnya orang yang merayakan perayaan B'Day Nabi tersebut sezaman dengan Abu Jahal laknatullah', bukankah idealnya yang merayakan dan orang yang dirayakan atas hari kelahiran tersebut sama-sama masih hidup (sezaman). Kalau begitu perayaan yang banyak dilakukan sebagian umat islam di bulan Rabi'ul Awwal ini bersuka cita atas lahirnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam atau bergembira atas wafatnya Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Fakta menunjukkan para ahli sejarah berbeda pendapat atas tanggal kelahiran Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam, namun mereka bersepakat bahwa wafatnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tanggal 12 Rabi'ul Awwal. Maka sudah jelas perayaan yang ada sekarang ini bergembira atas wafatnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Itulah akibatnya kalau beribadah tanpa dilandasi dengan ilmu, ingin membuktikan rasa cinta kepada Nabi, ternyata malah sebaliknya meluapkan kegembiraan atas kematian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebenarnya yang mencetus ajaran bid'ah maulid adalah kelompok Bathiniyah, mereka menamakan diri sebagai Bani Fatimiyah (sekte syi'ah laknatullah) yang mengaku sebagai keturunan ahli bait. Maka pantaskah kita ikut melestarikan syi'ar orang-orang yang memusuhi keluarga dan shahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Jika cintamu jujur tentu engkau akan mentaatinya...
Karena orang yang mencintai akan taat kepada orang yang dia cintai...
JAWABAN UNTUK TULISAN WAHABI SALAFI DI TAUTAN/ LINK YANG SAYA BAGIKAN INI :
ADA 2 PERMASALAHAN :
1. Mengenai pernyataan penulis :
Bergembira atas kelahiran Nabi atau bersuka ria atas kematian Nabi
Fakta menunjukkan para ahli sejarah berbeda pendapat atas tanggal kelahiran Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam, namun mereka bersepakat bahwa wafatnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tanggal 12 Rabi'ul Awwal. Maka sudah jelas perayaan yang ada sekarang ini bergembira atas wafatnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Itulah akibatnya kalau beribadah tanpa dilandasi dengan ilmu, ingin membuktikan rasa cinta kepada Nabi, ternyata malah sebaliknya meluapkan kegembiraan atas kematian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
JAWABAN :
Jika timbul pertanyaan, perayaan maulid yang datangnya pada bulan Robi'ul Awwal, juga bertepatan dengan bulan wafat Rasulullah SAW, mengapa tidak ada luapan kesedihan atas wafatnya beliau?
الحاوي للفتاوي ـ للسيوطى - (ج 1 / ص 185)
أن ولادته صلى الله عليه وسلّم أعظم النعم علينا ووفاته أعظم المصائب لنا ، والشريعة حثت على إظهار شكر النعم والصبر والسكون والكتم عند المصائب ، وقد أثر الشرع بالعقيقة عند الولادة وهي إظهار شكر وفرح بالمولود ولم يأمر عند الموت بذبح ولا بغيره بل نهى عن النياحة وإظهار الجزع ، فدلت قواعد الشريعة على أنه يحسن في هذا الشهر إظهار الفرح بولادته صلى الله عليه وسلّم دون إظهار الحزن فيه بوفاته
: "Sesungguhnya Kelahiran Nabi SAW adalah kenikmatan terbesar untuk kita, sementara wafatnya beliau adalah musibah terbesar atas kita. Sedangkan syariat memerintahkan kita untuk menampakkan rasa syukur atas nikmat dan bersabar serta diam dan merahasiakan atas cobaan yang menimpa. Terbukti agama memerintahkan untuk menyembelih kambing sebagai 'aqiqoh pada saat kelahiran anak, dan tidak memerintahkan menyembelih hewan pada saat kematian, maka kaidah syariat menunjukkan bahwa yang baik pada bulan ini adalah menampakkan kegembiraan atas kelahiran Rasulullah SAW bukan menampakkan kesusahan atas musibah yang menimpa".
(Kitab Al Hawiy lil Fatawa Karya Al Imam As Suyuthi)
2. Mengenai tulisan pada gambar yg di posting oleh penulis :
Maaf ya, saya gak mauludan. 4 Kholifah gak merayakan Maulid Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Nah saya lagi menggenggam teladan 4 khalifah itu aja koq.
JAWABAN :
Maaf Nabi Saw dan 4 Khalifah TIDAK MEMAKAI MUSHAF AL QURAN yang ada HARAKAT dan TITIKNYA !!!
Silahkan di genggam teladan 4 Khalifah !!!
Perhatikan kaidah At Tarku Laa Yantiju Hukman (Perkara yang tidak dilakukan itu tidak berimplikasi pada suatu hukum), maka tidak boleh sembrono mengatakan bahwa apa yang tidak dilakukan oleh Nabi SAW dan para Sahabat beliau maka tidak boleh pula dilakukan.... !! Ini Kesimpulan yang JAHIL tidak dilandaskan pada kaidah yang benar... !!!
SEMOGA BERMANFAAT......... !!!
Wallahu A'lam..............
Post A Comment: