Salah
satu perang yang dianggap sangat menentukan alur sejarah peradaban
dunia adalah perang Yarmuk (Battle of Hieromyax). Perang diakui oleh
sejarawan Barat sebagai perang yang paling gemilang dalam sejarah.
Bayangkan saja, pasukan yang jauh lebih kecil jumlahnya mampu membabat
habis pasukan lawan yang jumlahnya jauh lebih besar melalui taktik dan
strategi perang yang brilian.
Kemenangan
Islam dalam perang Yarmuk juga semakin mengukuhkan prestasi sang
Jendral, Khalid bin Walid, sebagai salah satu komandan kavaleri dan
panglima perang terbaik sepanjang sejarah. Tak heran jika Erwin Rommel,
komandan kavaleri Jerman dalam Perang Dunia II yang terkenal dengan
Blitzkrieg (perang kilat) di Eropa, rupanya terinspirasi dari elite
mobile guard-nya Khalid bin Walid. Dalam perang Yarmuk pun, pasukan
berkuda yang dipimpin oleh Khalid bin Walid memegang kunci kemenangan.
Imam
Malik berkata, “Khalid bin Walid RA memiliki sebuah tutup kepala yang
berisi beberapa helai rambut Baginda Rasulullah SAW. Dengan itulah ia
bertabarruk (ngalab berkah red.) dan selalu memenangkan perang, di antaranya adalah perang Yarmuk.”
Padahal
ketika itu jumlah pasukan muslim hanya 39.000 orang menghadapi
Bizantium (kerajaan romawi) yang berjumlah 240.000 pasukan.
Masya Allah…..
Di
tengah perang yang sedang berkecamuk hebat, ketika penutup kepalanya
terlepas, karena tersabet pedang musuh. Khalid bin Walid tak perduli
dengan serangan orang pasukan romawi Dia lebih khawatir kehilangan
rambut Sang Nabi SAW daripada kehilangan nyawanya sendiri.
Dalam
Perang Yarmuk, Daulah Islam yang dipimpin Khalifah Umar bin Khattab
melawan Kekaisaran Bizantium yang dipimpin oleh Heraklius. Perang ini
terjadi selama 6 hari penuh, tepatnya pada 15-20 Agustus 636 M, empat
tahun setelah Rasulullah SAW mangkat. Medan pertempuran terletak di
dataran Yarmuk, sebelah timur laut Galilee, 65 km dari dataran tinggi
Golan. Perang ini dianggap sebagai perang yang sangat penting karena
menandakan gelombang besar pertama penaklukan dan penyebaran Islam ke
wilayah-wilayah di luar Jazirah Arab.
Ahli
sejarah kemiliteran abad pertengahan asal Inggris, David Nicolle, dalam
buku Yarmuk 636 A.D.: The Muslim Conquest of Syria, menjelaskan bahwa
perang Yarmuk adalah turning point (titik balik) sejarah. Seandainya
Bizantium yang menang, maka dominasi dan pengaruh peradaban
Yunani-Romawi akan terus berlanjut di wilayah Timur Tengah, dan antara
kontak bangsa Eropa dengan bangsa Asia Timur –yang dibuka oleh peradaban
Islam- akan tertunda.

Post A Comment:
0 comments:
Posting Komentar