Berawal dari info dari salah sohib di Bojonegoro kalau ada website yang lumayan ajib isinya namanya juga ajib,sarkub.com apa sikh sarkub itu? penulis menemukan sumber sejarahnya di blog warkop mbah lalar ,berikut ini kopinya:
Jangan ada sejarah yang terlupakan apalagi hilang, Itulah kira-kira
kalimat yang pas mana kala ada sesuatu yang kemudian menjadi populer
dimasyarakat kebanyakan, begitupun SARKUB yang belakangan sangat
familiar dimasyarakat khususnya warga nahdliyyin terkhusus mereka-mereka
yang melebelkan istilah SARKUB ini baik pada dirinya, organisasinya,
jamaahnya dan lain sebagainya. Kan tidak lucu kalau anda ternyata tidak
tahu asal muasal istilah SARKUB.
Apa sih SARKUP? Darimana asalnya? Dan kenapa ada istilah ini? Bacalah artikel ini hingga tuntas
Sejarah ini terungkap berawal dari obrolan saya dengan kakak ipar
saya (Syakhoni) tadi malam sabtu 04-05-2013 jam 19:00 wib. Berawal dari
obrolan saya yang bercerita bahwasanya tim SARKUB lah yang mewakili
warga Nahdliyyin ke KPI dalam rangka tabayyun denga tim Khasanah Trans7.
Mas Syaikhonipun merespon cerita saya ini, Mungkin dikarenakan saya
sering menyebut kata SARKUB kakak ipar saya ini menanyakan kepada saya
perihal apa sih SARKUB itu? Dikarenakan saya memang tidak tahu jelas
tentang siapa,bagaimana dan apa SARKUB ini jadi saya jawab saja sesuai
ijtihad saya kalau SARKUB itu adalah “Sarang Kuburan”. Lalu Mas
Syaikhoni menegur saya dengan mengatakan bahwasanya SARKUB itu bukan
“Sarang Kuburan” tapi “Sarjana Kuburan” yang istilah ini pertama kali
muncul karena ada seorang tunanetra yang menggelarkan SARKOB kepada saya
waktu saya masih mondok di Jepara dulu.
“beneran ini mas?”. Jawab saya seraya tidak yakin akan kebenaran
dengan apa yang barusan beliau ceritakan. “lho iya, ini benar” katanya.
“wah semua harus tahu ini mas”. Seketika saya ambil kertas dan bolpoint untuk mencatat cerita ini
Dengan gaya layaknya Wartawan yang sedang mengadakan wawancara, saya
mulai menanyakan kronologi bagaimana kemudian dia digelari dengan gelar
SARKOB?
Kemudian Dengan gaya layaknya Wartawan yang sedang mengadakan
wawancara, saya mulai menanyakan kronologi bagaimana kemudian dia
digelari dengan gelar SARKOB ini?
Kemudian kakak ipar saya ini yang bernama lengkap Syaikhoni dan biasa
dipanggil “Syaikh” ini mulai menceritakan kronologi munculnya istilah
SARKUB ini.
Beliau menceritakan kisah ini berawal sekitar awal tahun 1994. Dimana
waktu itu beliau minggat untuk mondok karena permintaanya untuk mondok
tidak jua dituruti oleh Abinya Almarhum Achmad Mansyur (Ghofarallahu
lahu dzunubahu! wa lahul fatihah). Yang nota bene adalah mertua saya.
Singkat cerita sampailah beliau di Pondok-Pesantren FADLU ROBBI
Siripan Tahunan Jepara yang diasuh oleh Kiyai Syamsul Arifin. Namun
beliau (Syaikhoni) tidak lama disini hanya 4 hari saja karena tidak
betah, hingga kemudian dia pindah ke Pondok-Pesantren DARUL ULUM
Mantingan Jepara yang diasuh oleh Kiyai Nur Cholis yang sekarang adalah
pengasuh Pondok Pesantren NURUL MUSTHOFA Ngabul Tahunan Jepara, yang
mana sekitar setahun yang lalu beliau (Kiyai Nur Cholis) dikabarkan
sebagai penganut Syi’ah, artikel ini juga sekaligus hendak
mengklarifikasi bahwasanya beliau bukan Syi’ah seperti apa yang
dikabarkan, perihal ke bukan Syi’ah-annya beliau dikuatkan oleh mas
Syaikhoni bahwasanya semenjak mas Syaikhoni berguru kepada Kiyai Nur
Cholis tidak ada satu kitab Syi’ahpun yang diajarkan dipondok DARUL ULUM
melainkan kitab-kitab Ahlussunnah wal Jamaah, hal ini juga dikuatkan
bahwasanya tidak seorangpun dari Putra-Putri beliau (Kiyai Nur Cholis)
yang dipondokkan dipondok-pondok Syi’ah dan dikuatkan juga dengan
disumpahnya beliau dibawah Alqur-an Oleh KH Drs Ali Shodiqin Semarang
diacara Maulid Nabi Muhammad Saw, Haul Massal, Dan Rutinan Selapanan
Jum’at Wage.
Kembali kepokok artikel, Selama mondok ini beliau (mas Syaikhoni)
selalu dihantui rasa bersalah dikarenakan keberangkatannya mondok ini
tanpa izin kedua orang tuanya (minggat), rasa bersalah ini kemudian
membuat beliau gelisah selama mondok sehingga beliau memutuskan untuk
tidur dimakam Raden Abdul Jalil (syeh Siti Jenar). Yang dipemakaman ini
juga terdapat makam Sultan Hadirin dan Ratu Kali Nyamat. Yang kebetulan
makam ini berada disebelah pondok beliau tepatnya diantara PP DARUL ULUM
dan Masjid SULTAN HADIRIN Mantingan Jepara.
Beliau tidur dipemakaman ini setiap malamnya selama mondok dan hanya
sesekali bermalam di Makam Raden Fatah dan Makam Sunan Kalijaga Demak.
Dua tahun mondok dan tidur di pemakaman, pada sekitar akhir 1995
beliau bersama teman-temannya menghampiri salah seorang peziarah
tunanetra yang memang sering ziarah kemakam ini, yang kebetulan waktu
itu peziarah tunanetra ini juga bermalam dimakam area makam Sultan
Hadirin ini selama 3 malam, peziarah tunanetra yang tidak diketahui
darimana asalnya ini yang kemudian diketahui adalah seorang hafidz, yang
menurut mas Syaikhoni orang tunanetra ini mengaku sebagai cucu dari
Kiyai Zarkasi Pendiri Pondok-Pesantren Gontor yang kemudian biasa
dipanggil Gus oleh Mas Syaikhoni cs.
Setelah mengucapkan salam mas Syaikhoni dan kawan-kawan
memperkenalkan diri satu persatu, kepada peziarah tunanetra ini, saat
giliran mas Syaikhoni memperkenalkan diri, temannya yang bernama Habib
Sholeh menimpali
Habib: “Oo niki penjagae makam R Abdul Jalil Gus”. (Oo ini penjaga makam R Abdul Jalil Gus)
Gus: “opo iki juru kuncine?”. (Apa ini Juru Kuncinya?)
Habib: “sanes”. (Bukan)
Gus: “Lha kok diarani penjagae?”. (kok disebut penjaganya)
Habib: “lawong seng nunggoni saben bengi Syaikhoni iki”. (orang yang biasa nunggu setiap malam Syaikhoni ini)
Gus: “ lek kuliah neng luar negeri rong taun iku oleh gelar sarjana,
lah lek Syaikhoni rong taun turu nang makome R Abdul Jalil Iki enak-e di
kei gelar opo yo….?” (kalau kuliah diluar negeri dua tahun itu dapat
gelar sarjana, lha kalau Syaikhoni dua tahun tidur di makam R Abdul
Jalil ini enaknya dikasih gelar apa ya….?) sambil sama-sama terdiam dan
berpikir.
“Syaikhoni iki digelari SARJANA KUBURAN ae, SARKOB”. (Syaikhoni ini
digelari SARJANA KUBURAN saja, SARKOB) Lanjutnya yang disambut gelegar
tawa teman-temannya.
Sejak inilah mas Syaikhoni dipanggil dengan panggilan SARKOB yang
kemudian setiap ada peziarah yang sering melakukan ziarah apalagi hingga
menginap dimakam-makam juga dijuluki SARKOB.
Dari cerita ini kita ketahui bahwa istilah “SARKUB” itu hanya
penyesuaian kata saja agar sesuai dengan kepanjangannya, adapun awal
munculnya adalah “SARKOB” pakai “O” bukan “U”.
Pemberian gelar SARKOB ini kepada mas Syaikhoni disaksikan oleh
beberapa temannya yang insya Allah mereka masih hidup sampai saat ini,
bahkan sebelum menceritakan ini salah satunya yang beliau panggil dengan
sebutan Pak Marsono sempat ditelpon dulu oleh beliau untuk mengingat
ulang bagaimana persisnya kronologi ceritanya.
Diantara yang menyaksikan waktu itu adalah: Pak Marsono (Ponorogo
sekarang menetap di Ngawi), Habib Sholeh (Magelang), Musthofa
(Banyuwangi), Rusydi (Cilacap).
Kalau ternyata pembaca menemukan fakta dengan bukti-bukti bahwasanya
istilah SARKOB/SARKUB ini sudah ada sebelum tahun 1995, mohon untuk
memberikan sanggahan di komentar. Manakala ada diantara pembaca yang
mengetahui cerita ini atau adalah bagian dari salah satu aktor dalam
cerita ini yang tidak tersebutkan namanya atau mungkin menurut anda ada
cerita yang tidak tertuliskan atau ada penempatan kata atau kalimat atau
apapun yang berkaitan dengan artikel ini yang menurut pembaca
tidak/kurang tepat mohon untuk dikoreksi agar istilah SARKUB ini menjadi
lebih falid! Sehingga tidak terjadi saling Klaim disana-sini. (Emang
penting…?)
http://warkopmbahlalar.com/6815/asal-usul-istilah-sarkub/
Navigation

Post A Comment:
0 comments:
Posting Komentar