Sejak abad dua belas Hijriah yang lalu, dunia Islam dibuat heboh
oleh lahirnya gerakan baru yang lahir di Najd. Gerakan ini dirintis
oleh Muhammad bin Abdul Wahhab al-Najdi dan populer dengan gerakan
Wahabi. Dalam bahasa para ulama gerakan ini juga dikenal dengan nama fitnah al-wahhabiyah,
karena dimana ada orang-orang yang menjadi pengikut gerakan ini, maka
di situ akan terjadi fitnah. Di sini kita akan membicarakan fitnah
Wahabi terhadap kitab-kitab para ulama dahulu.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa aliran Wahabi berupaya keras untuk
menyebarkan ideologi mereka ke seluruh dunia dengan menggunakan segala
macam cara. Di antaranya dengan mentahrif kitab-kitab ulama terdahulu
yang tidak menguntungkan bagi ajaran Wahhabi. Hal ini mereka lakukan
juga tidak lepas dari tradisi pendahulu mereka, kaum Mujassimah yang memang lihai dalam men-tahrif kitab.
Pada masa dahulu ada seorang ulama Mujassimah, yaitu Ibn Baththah al-’Ukbari, penulis kitab al-Ibanah,
sebuah kitab hadits yang menjadi salah satu rujukan utama akidah
Wahabi. Menurut al-Hafizh al-Khathib al-Baghdadi, Ibn Baththah pernah
ketahuan menggosok nama pemilik dan perawi salinan kitab Mu’jam al-Baghawi,
dan diganti dengan namanya sendiri, sehingga terkesan bahwa Ibn
Baththah telah meriwayatkan kitab tersebut. Bahkan al-Hafizh Ibn Asakir
juga bercerita, bahwa ia pernah diperlihatkan oleh gurunya, Abu al-Qasim
al-Samarqandi, sebagian salinan Mu’jam al-Baghawi yang digosok oleh Ibn
Baththah dan diperbaiki dengan diganti namanya sendiri.
Belakangan Ibn Taimiyah al-Harrani, ideolog pertama aliran Wahabi,
seringkali memalsu pendapat para ulama dalam kitab-kitabnya. Misalnya ia
pernah menyatakan dalam kitabnya al-Furqan Bayna al-Haqq wa al-Bathil, bahwa al-Imam Fakhruddin al-Razi ragu-ragu terhadap madzhab al-Asy’ari di akhir hayatnya dan lebih condong ke madzhab Mujassimah, yang diikuti Ibn Taimiyah. Ternyata setelah dilihat dalam kitab Ijtima’ al-Juyusy al-Islamiyyah, karya Ibn al-Qayyim, murid Ibn Taimiyah, ia telah men-tahrif pernyataan al-Razi dalam kitabnya Aqsam al-Ladzdzat.
Tradisi tahrif ala Wahhabi terhadap kitab-kitab
Ahlussunnah Wal-Jama’ah yang mereka warisi dari pendahulunya, kaum
Mujassimah itu, juga berlangsung hingga dewasa ini dalam skala yang
cukup signifikan. Menurut sebagian ulama, terdapat sekitar 300 kitab
yang isinya telah mengalami tahrif dari tangan-tangan jahil orang-orang
Wahabi.
- Di antaranya adalah kitab al-Ibanah ‘an Ushul al-Diyanah karya al-Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari. Kitab al-Ibanah yang diterbitkan di Saudi Arabia, Beirut dan India disepakati telah mengalami tahrif dari kaum Wahhabi. Hal ini bisa dilihat dengan membandingkan isi kitab al-Ibanah tersebut dengan al-Ibanah edisi terbitan Mesir yang di-tahqiq oleh Fauqiyah Husain Nashr.
- Tafsir Ruh al-Ma’ani karya al-Imam Mahmud al-Alusi juga mengalami nasib yang sama dengan al-Ibanah. Kitab tafsir setebal tiga puluh dua jilid ini telah di-tahrif oleh putra pengarangnya, Syaikh Nu’man al-Alusi yang terpengaruh ajaran Wahabi. Menurut Syaikh Muhammad Nuri al-Daitsuri, seandainya tafsir Ruh al-Ma’ani ini tidak mengalami tahrif, tentu akan menjadi tafsir terbaik di zaman ini.
- Tafsir al-Kasysyaf, karya al-Imam al-Zamakhsyari juga mengalami nasib yang sama. Dalam edisi terbitan Maktabah al-Ubaikan, Riyadh, Wahabi melakukan banyak tahrif terhadap kitab tersebut, antara lain ayat 22 dan 23 Surat al-Qiyamah, yang di-tahrif dan disesuaikan dengan ideologi Wahabi. Sehingga tafsir ini bukan lagi Tafsir al-Zamakhsyari, namun telah berubah menjadi tafsir Wahabi.
- Hasyiyah al-Shawi ‘ala Tafsir al-Jalalain yang populer dengan Tafsir al-Shawi, mengalami nasib serupa. Tafsir al-Shawi yang beredar dewasa ini baik edisi terbitan Dar al-Fikr maupun Dar al-Kutub al-’Ilmiyah juga mengalami tahrif dari tangan-tangan jahil Wahabi, yakni penafsiran al-Shawi terhadap surat al-Baqarah ayat 230 dan surat Fathir ayat 7.
- Kitab al-Mughni karya Ibn Qudamah al-Maqdisi al-Hanbali, kitab fiqih terbaik dalam madzhab Hanbali, juga tidak lepas dari tahrif mereka. Wahabi telah membuang bahasan tentang istighatsah dalam kitab tersebut, karena tidak sejalan dengan ideologi mereka.
- Kitab al-Adzkar al-Nawawiyyah karya al-Imam al-Nawawi pernah mengalami nasib yang sama. Kitab al-Adzkar dalam edisi terbitan Darul Huda, 1409 H, Riyadh Saudi Arabia, yang di-tahqiq oleh Abdul Qadir al-Arna’uth dan di bawah bimbingan Direktorat Kajian Ilmiah dan Fatwa Saudi Arabia, telah di-tahrif sebagian judul babnya dan sebagian isinya dibuang. Yaitu Bab Ziyarat Qabr Rasulillah SAW diganti dengan Bab Ziyarat Masjid Rasulillah SAW dan isinya yang berkaitan dengan kisah al-’Utbi ketika ber-tawasul dan ber-istighatsah dengan Rasulullah saw, juga dibuang.
Demikianlah beberapa kitab yang telah ditahrif oleh orang-orang Wahabi. Tentu saja tulisan ini tidak mengupas berbagai cara tahrif
dan perusakan Wahhabi terhadap kitab-kitab Ahlussunnah Wal Jama’ah
peninggalan para ulama kita. Namun setidaknya, yang sedikit ini menjadi
pelajaran bagi kita agar selalu berhati-hati dalam membaca atau membeli
kitab-kitab terbitan baru. Wallahu a’lam.
Penulis: KH. Idrus Ramli
Pengurus Ikatan Alumni Santri Sidogiri (IASS) Jember.
Pengurus Ikatan Alumni Santri Sidogiri (IASS) Jember.
Post A Comment: