Saduran Ceramah Habib Salim bin Abdullah Asy-Syathiri
Burdah
artinya mantel dan juga dikenal sebagai Bur’ah yang berarti shifa
(kesembuhan). Imam Busyiri adalah seorang penyair yang suka memuji
raja-raja untuk mendapatkan uang. Kemudian beliau tertimpa sakit faalij
(setengah lumpuh) yang tak kunjung sembuh setelah berobat ke dokter
manapun.
Tak lama
kemudian beliau mimpi bertemu Rasulullah S.A.W. yang memerintahkannya
untuk menyusun syair yang memuji Rasulullah. Maka beliau mengarang
Burdah dalam 10 pasal pada tahun 6-7 H. Seusai menyusun Burdah, beliau
kembali mimpi bertemu Rasulullah yang menyelimutinya dengan Burdah
(mantel). Ketika bangun, sembuhlah beliau dari sakit lumpuh yang
dideritanya.
Qoshidah
Burdah ini tersebar ke seluruh penjuru bumi dari timur ke barat. Bahkan
disyarahkan oleh sekitar 20 ulama, diantaranya yang terkenal adalah Imam
Syaburkhiti dan Imam Baijuri.
Habib
Husein bin Mohammad Alhabsyi (saudara Habib Ali Alhabsyi sohibul maulid
Simtud Duror) biasa memimpin Dalail Khoiroot di Mekkah. Kemudian beliau
mimpi bertemu Rasulullah yang memerintahkannya untuk membaca Burdah di
majlis tersebut. Dalam mimpi tersebut, Rasulullah berkata bahwa membaca
Burdah sekali lebih afdol daripada membaca Dalail Khoiroot 70 kali.
Ketika
Hadramaut tertimpa paceklik hingga banyak binatang buas berkeliaran di
jalan, Habib Abdulrahman Al Masyhur memerintahkan setiap rumah untuk
membaca Burdah. Alhamdulillah, rumah-rumah mereka aman dari gangguan
binatang buas.
Beberapa
Syu’araa (penyair) di zaman itu sempat mengkritik bahwa tidaklah pantas
pujian kepada Rasulullah dalam bait-bait Burdah tersebut diakhiri dengan
kasroh/khofadz. Padalah Rasulullah agung dan tinggi (rofa’). Kemudian
Imam Busyiri menyusun qoshidah yang bernama Humaziyyah yang bait-baitnya
berakhir dengan dhommah (marfu’).
Imam
Busyiri juga menyusun Qoshidah Mudhooriyah. Pada qoshidah tersebut
terdapat bait yang artinya, ‘Aku bersholawat kepada Rasulullah sebanyak
jumlah hewan dan tumbuhan yang diciptakan Allah.’ Kemudian dalam
mimpinya, beliau melihat Rasulullah berkata bahwa sesungguhnya malaikat tak mampu menulis pahala sholawat yang dibaca tersebut.
Habib
Salim juga bercerita tentang seseorang yang telah berjanji kepada
dirinya untuk menyusun syair hanya untuk memuji Allah dan Rasulullah.
Suatu ketika ia tidak mempunyai uang dan terpaksa menyusun syair untuk
memuji raja-raja agar mendapat uang. Ia pun mimpi Rasulullah berkata,
“Bukankah engkau telah berjanji hanya memuji Allah dan Rasul-Nya?! Aku
akan memotong tanganmu…”
Kemudian
datanglah Sayidina Abubakar r.a. meminta syafaat untuknya dan dikabulkan
oleh Rasulullah. Ketika ia terbangun dari tidurnya, ia pun langsung
bertobat. Kemudian ia melihat di tangannya terdapat tanda bekas potongan
dan keluar cahaya dari situ.
Habib
Salim mengatakan bahwa Burdah ini sangat mujarab untuk mengabulkan
hajat-hajat kita dengan izin Allah. Namun terdapat syarat-syarat yang
harus dipenuhi. Yaitu mempunyai sanad ke Imam Busyiri, mengulangi bait
‘maula ya solli wa sallim…’, berwudhu, menghadap kiblat, memahami makna
bait-bait, dibaca dengan himmah yang besar, beradab, memakai wewangian.
Khusus tentang memakai wewangian ini, Habib Salim mengatakan, ‘Tidak seperti orang sekarang, membaca Burdah namun badannya bau rokok. Padahal salaf telah sepakat untuk mengharamkan rokok.”
Di akhir ceramah beliau, Habib Salim menyampaikan bahwa jika seseorang tidak berjalan di thoriqoh salaf maka dikhawatirkan tiga hal. Pertama, umurnya pendek. Kedua, Hidup dalam keadaan bingung/akalnya gila. Ketiga, tak akan dihargai masyarakat.
(Disampaikan di Majlis Burdah Hb Syekh Alaydrus Jl. Ketapang Kecil Surabaya).
Post A Comment: